Lembayung mengambil ponselnya yang tergeletak di atas tempat tidur. Laki-laki itu kembali menelfon Jingga, melanjutkan obrolan mereka yang dihentikan oleh Lembayung karena sudah isya.
"Hallo," ucap Lembayung saat panggilannya sudah di angkat.
"Udah selesai shalatnya?" tanya Jingga di sebrang sana.
"Udah, ini baru selesai."
"Kok telfon lagi, ada apa?"
"Nggak ada, pengen aja," jawab Lembayung.
"Bay, gimana kalau ki-"
Tok tok tok
"Kak Bayuuung!" teriak Elsa dari luar.
Gedoran pintu kembali terdengar, kali ini lebih keras.
"Buka! Kak Bayu buka!" teriak Elsa dari luar.
"Bentar ya, ada Elsa."
"Iya," ucap Jingga.
Dengan perasaan dongkol, Lembayung berjalan membuka pintu tepat saat Elsa akan kembali berteriak memanggil namanya. Ia menatap Elsa datar.
"Berisik," ucap Lembayung.
"Habisnya kalau disuruh buka pintu ngaret."
"Apa?" tanya Lembayung mengalihkan pembicaraan.
"Di suruh turun sama Papa, ada om Daffa sama tante Sasa."
Lembayung berdecak.
"Ada kak Senja juga lho," lanjut Elsa.
Lembayung menghela nafas.
"Terus kalau ada Senja gue harus apa?"
Elsa mengendikkan bahu. Ia berjalan meninggalkan Lembayung, saat akan turun dari tangga Elsa berbalik menghadap Lembayung.
"Cieee mau satu atap ama kak Senja. Ntar makin deket terus bentar lagi jadian tuh," ucap Elsa.
Setelahnya gadis itu berlari meninggalkan Lembayung yang menatapnya tajam. Cowok itu masuk ke dalam kamarnya dan mengganti sarung yang ia pakai dengan celana pendek, dipadukan dengan kaos putih yang mencetak jelas tubuh kekarnya. Setelah dirasa penampilannya bagus, ia segera turun ke bawah.
Ditemukannya Senja dan kedua orang tuanya tengah duduk di ruang tamu. Tidak ada Saga di sana. Terlihat Senja yang tengah nyengir ke arahnya.
"Nah, kan bunda sama ayah udah nganterin ke sini. Jadi, bunda sama ayah mau pamit dulu," ucap Sasa.
"Kok cepet banget perginya?" tanya Bintang.
"Kalau udah nganterin sampai rumah kalian, aku udah tenang Bin."
Bintang terkekeh.
"Bunda kok perginya cepat banget?" Senja memeluk Sasa.
"Cuma sebulan kok." Sasa mengelus rambut Senja.
Daffa dan Sasa keluar diikuti keluarga Lembayung dan tentunya Senja.
"Kamu di sini jangan nakal ya, jangan nyusahin orang." Senja mengangguk.
"Bin kalau Senja nakal diputer aja kepalanya," sahut Daffa.
"Ayah." Senja cemberut mendengar perkataan Daffa.
"Bin, aku titip Senja ya," ucap Sasa.
"Kamu tenang aja, Sa. Senja udah aku anggap sebagai anak aku, jadi tanpa kamu peringetin pun aku akan jaga dia kok."
"Baek-baek kalian di sana, pulang-pulang jangan bawa bocah," celetuk Langit.
"Langit!" Bintang mendelik.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMBAYUNG (End)
Teen FictionKepergianmu banyak mengajarkan hal baru bagiku, cara menghargai, dan betapa berharganya kamu dalam hidupku. Note: siapkan tissue, mojok, dan siap-siap baper!