Dia yang ku kejar tak sekalipun melirik, sementara dia yang tak ku harapkan malah mengejarku. Takdir memang selucu itu.
Sedari tadi saat pelajaran berlangsung hingga sekarang sudah masuk dari istirahat pertama wajah Senja nampak lesu dan tak bersemangat, guru yang mengajar tadi pun tak sama sekali ia dengarkan. Senja hanya melamun sambil terus memikirkan perkataan Lembayung yang terus-terusan berputar di kepalanya.
Sekarang Senja tengah berada di dalam kelas, bel masuk sudah berbunyi dari 15 menit yang lalu tetapi belum ada tanda-tanda jika guru akan masuk, mungkin telat. Senja hanya diam, membuat Jingga bingung melihatnya, biasanya Senja tak ada henti-hentinya untuk mengoceh, tapi sekarang? Jingga menatap Lembayung yang tengah menatapnya.
"Ja, lo kenapa sih? Nggak biasanya lo diem-diem kayak gini," ucap Jingga.
Senja menoleh, ia tersenyum seraya menggeleng. Wajahnya nampak masam.
"Gue nggak apa-apa," ucap Senja pelan.
"Gue gak percaya ah, pasti lo lagi ada apa-apanya."
Senja tak menjawab.
"Ja, pinjam buku PR lo," teriak Miko.
"Jangan di kasih Ja, si goblok pasti mau minta contekan," celetuk Candra.
"Dih, nggak ya. Gue cuma penasaran aja liat jawaban Senja sama atau nggak sama jawaban gue."
"Sama aja nyontek goblok!" bentak Candra.
Senja tak berniat menjawab, ia dengan lesunya memberikan buku PR nya pada Miko, gadis itu benar-benar sedang tak mood sekarang karena perkataan pedas Lembayung barusan terngiang-ngiang di kepalanya.
"Makanya otak tuh di pake buat mikir, karena udah kelamaan gak di pake jadi karatan kan," timpal Saga.
"Diem deh lo terong, sirik ae."
Saga mendelik membuat Miko menyengir.
"Jingga?" panggil Saga.
"Iya?" Jingga membalikkan badannya menghadap Saga yang berada di belakang.
"Menurut lo soal matematika yang tadi susah nggak?"
Jingga nampak berfikir terlebih dahulu.
"Sebenarnya nggak semuanya susah, ada beberapa nomer yang masih belum gue ngerti caranya, selebihnya masih bisa dijawab kok." Jingga tersenyum manis.
Saga nampak mengangguk.
"Pulang sekolah lo ada acara nggak?"
Lembayung mendelik, sepertinya Saga mulai mencari kesempatan.
Setelah mengetikkan sesuatu di ponselnya Jingga kembali meletakkannya.
"Emmm, nggak ada sih. Paling di rumah terus ngerjain tugas."
Ponsel Lembayung bergetar, sebuah pesan masuk. Setelah Lembayung membacanya, lelaki itu berdecak sebal dan kembali meletakkannya secara kasar di atas meja.
"Belinya pake uang lho Bay bukan pake daun," peringat Miko.
"Sultan mah bebas, tinggal lentikin jari doang langsung bisa beli. Harga diri lo aja bisa dibeli kok sama Bayung."
Candra mengatakannya sembari fokus menyalin jawaban Senja. Padahal tadi ia melarang Senja agar tak memberikan Miko catatannya, tapi sekarang lelaki itu malah ikut-ikutan mencontek jawaban Senja. Padahal belum tentu jawaban Senja itu benar, tapi bagi mereka tak masalah yang penting sudah mengerjakan, soal nilai urutan ke sekian.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMBAYUNG (End)
Teen FictionKepergianmu banyak mengajarkan hal baru bagiku, cara menghargai, dan betapa berharganya kamu dalam hidupku. Note: siapkan tissue, mojok, dan siap-siap baper!