Jingga duduk di sebelah Senja, gadis itu menatap Senja dengan tak enak hati. Bahkan sekarang Senja tak menoleh sedikit pun pada Jingga.
Guru pun memasuki kelas dan mulai mengajar.
"Jadi, anak-anak, untuk materi kali ini, ibu akan memberikan tugas dan di kerjakan dengan cara berkelompok. ibu mau membagi kelompok, yang mana satu kelompok itu dua orang."
"Miko dengan Siti."
"Candra dengan Indah."
"Lembayung dengan Senja."
"Saga dengan Jingga."
Senyum Senja merekah, tentu saja ia senang bukan main. Ia akan satu kelompok bersama Lembayung, tanpa adanya Jingga.
"Bay, ngerjainnya di rumah gue aja ya?" ucap Senja.
Jingga sedikit melirik Senja, ia tersenyum tipis melihat senyum Senja yang telah kembali terbit, meskipun ada sesuatu di dalam dirinya yang sakit. Tapi tak apalah, demi melihat sang sahabat bahagia, ia rela mengorbankan perasaannya.
Jingga menoleh saat merasakan pundaknya disentuh oleh seseorang, rupanya Saga.
"Nanti mau ngerjain di rumah gue atau di rumah lo?"
"Di rumah gue aja." Saga mengangguk.
🌸🌸🌸
Jam sekolah telah usai, semua murid SMA Pelita berhamburan keluar dari kelas masing-masing.
"Males ah gue, masa satu kelompok sama mulut lambe," ucap Candra.
"Udahlah, syukurin aja." Miko menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel, lelaki itu tengah asyik memainkan game cacing.
"Lo mah enak tinggal bilang syukurin aja, kan kelompoknya sama si Siti, Siti kan pintar palingan juga lo tinggal terima beres doang."
"Kalau soal pintar mah, lebih enakan Saga. Saga barengnya sama Jingga, Jingga kan pintar terus Saga juga pintar. Ah, gak asik masa pintar sama pintar," ucap Miko.
"Gue lebih sial," timpal Lembayung.
Mereka menatap Lembayung.
"Sial gimana? Mata lo sial, sama Senja kok bilang sial." Miko meringis ketika Lembayung menatapnya tajam.
Melihat perdebatan sahabatnya, Saga hanya diam. Dia enggan untuk ikut berbicara, hatinya tengah berbunga-bunga, rasanya tak sabar sekali untuk pergi ke rumah Jingga.
"Bay. Mau langsung berangkat sekarang?" tanya Senja di ambang pintu, di susul Jingga di belakangnya.
Lembayung dkk memang tengah duduk di depan pintu kelas.
"Ga, lo pulang dulu kan?" Saga mengangguk.
"Bawa Senja pulang bareng lo, nanti biar gue aja yang anterin Jingga," ucap Lembayung.
Senja mengerucutkan bibirnya. Matanya menatap Lembayung mengintimidasi.
"Gue kan perginya sama Saga. Lagi pula gue sekelompoknya sama Saga, masa pulang bareng lo," timpal Jingga.
"Masalahnya gue mau pulang ganti baju dulu, biar se arah sama rumah lo ya gue anterin aja. Rumah gue sama rumah Senja kan beda arah, masa gue muter-muter dulu."
"Ih Bayung mah, gitu sama Senja. Perhitungan banget sih, lagian Bayung nggak usah ganti baju lah, langsung ke rumah Senja aja." Lembayung menatap datar Senja.
Sebenarnya lelaki itu sangat malas jika harus berurusan dengan Senja. Kenapa pula ia harus satu kelompok dengan Senja, kenapa tidak Jingga saja?
"Kalau Bayung nggak mau, Senja sama abang Miko aja," celetuk Miko.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMBAYUNG (End)
Fiksi RemajaKepergianmu banyak mengajarkan hal baru bagiku, cara menghargai, dan betapa berharganya kamu dalam hidupku. Note: siapkan tissue, mojok, dan siap-siap baper!