Guysss komen barbarnya!!!
Setelah melepaskan tangan Raka, Nessa keluar dari kamarnya. Kakinya menginjak sesuatu, ia menunduk untuk melihat, ia telah menginjak sebuah kue yang telah hancur lebur dengan angka 20, barulah perempuan itu ingat jika hari ini adalah anniversary pernikahan mereka yang ke-20 tahun. Matanya kembali menangkap sebuah kado kecil yang terletak tak jauh dari tempat kue jatuh. Ia mengambilnya.
Nessa tau, kue dan kado ini pasti berasal dari Jingga. Tapi... kenapa di buang?
Mungkinkah Jingga mendengar pembicaraannya dengan Raka barusan? Nessa menghela nafas panjang, sebenarnya ini sungguh berat baginya. Ia memijit pelipisnya dan membawa kado tersebut pergi.
Nessa menjalankan mobilnya, ia mengendarainya tanpa tujuan, yang terpenting ia tidak di rumah karena batin dan fikirannya merasa sangat tertekan sekarang. Ia meminggirkan mobilnya, memijit pelipisnya pelan, matanya tertuju pada kado tersebut. Ia mengambilnya dan membukanya.
Sebuah baju couple dengan ukuran berbeda, di sana terselip sebuah surat, Nessa mengambilnya dan membuka surat tersebut. Benar saja kado dan kue tersebut memang berasal dari Jingga, terbukti dari siapa yang menulis surat tersebut.
To Mama dan Papa
Selamat anniversary ke-20 dari aku. Jingga, anak gadis kalian.
Papa, Mama, aku nggak bisa menggambarkan betapa luar biasa bahagianya aku memiliki orang tua seperti kalian. Meskipun aku bukan anak kandung Mama Nessa itu bukanlah alasan buat aku nggak sayang sama Mama. Aku berdoa sama Tuhan semoga Mama dan Papa terus bersatu sampai tua nanti, bahkan sampai nyawa kalian di cabut. Nggak lupa, setiap hari aku juga berdoa semoga Mama bisa ngurangin waktunya di luar dan dengerin curhatannya Jingga.
Aku sayang kalian.
From Jingga
Nessa terdiam, air matanya jatuh. Surat yang di tulis oleh Jingga entah mengapa membuatnya merasa tertampar. Padahal selama ini Nessa selalu berbuat seenaknya pada Jingga, tapi anak itu tak pernah dendam padanya.
Nessa menghapus air matanya dan menjalankan mobilnya untuk pulang. Sampai di rumah ia bergegas masuk ke dalam kamar Jingga.
Kamar Jingga sangatlah rapi dan harum, ia menatap Jingga yang tengah tertidur. Ia mendekat dan menaruhkan selimut pada tubuh Jingga, air matanya menetes.
Ia baru sadar jika Jingga sudah sangat besar sekarang, ia menyadari jika Jingga sudah tumbuh berkembang dengan baik. Ia tersenyum miris kala mengingat bahwa dirinya telah melewati masa tumbuh kembang anaknya ini. bukankah harusnya ia bersyukur? Jingga anak yang penurut, meskipun Nessa selalu berbuat tak wajar, tak pernah sekali pun Jingga berkata kasar padanya. Nessa yang terlalu tak tau diri, ia tak bisa hamil harusnya ia bersyukur karena keluarga dari Ibu kandungnya Jingga tak mengambil hak asuh Jingga darinya.
Tangannya mengelus kepala Jingga dengan lembut.
🌸🌸🌸
Masih pagi tetapi Lembayung sudah berdiri dengan manis di atas motornya, ia tengah menunggu Senja. Ia tak tenang karena belum mendapatkan maaf dari gadis itu.
Seperti biasa Senja selalu lama bersiap-siap, bedanya jika dulu Lembayung akan kesal dan mencak-mencak pada Senja, tetapi sekarang cowok itu malah menikmatinya.
Lembayung dapat menghembuskan nafasnya lega kala melihat Senja keluar bersamaan dengan Saga. Dapat Lembayung lihat raut keterkejutan dari kedua adik kakak tersebut. Namun detik berikutnya mereka berjalan masuk ke dalam mobil tanpa menghiraukan keberadaan Lembayung di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMBAYUNG (End)
Teen FictionKepergianmu banyak mengajarkan hal baru bagiku, cara menghargai, dan betapa berharganya kamu dalam hidupku. Note: siapkan tissue, mojok, dan siap-siap baper!