Cewek cans mao lewatt:)
Selamat membaca:)
Sudah dua hari semenjak Senja pingsan kemarin gadis itu terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Matanya menerawang menatap ke arah luar jendela, Senja bersyukur ketika ia membuka matanya ia masih bisa melihat senyuman yang keluar dari orang-orang tersayangnya.
Hingga suara pintu ruangan terbuka, menampilkan sosok Sasa dan Jingga yang berjalan ke arahnya.
“Kamu belum makan?” tanya Sasa begitu duduk di hadapan Senja, matanya melirik makanan yang sepertinya belum di sentuh sama sekali oleh Senja.
Senja menggeleng, ia meraih tangan Sasa dan menggenggamnya begitu erat.
“Bunda,” panggil Senja pelan.
Mata Senja nampak berkaca-kaca, untuk sejenak Sasa menahan nafasnya.“Iya sayang? Kenapa?”
“Senja sayang bunda.”
Sasa terkekeh pelan, ia mengacak rambut Senja pelan.
Ia mendekati Senja dan memeluknya, begitupula dengan Senja yang membalas pelukan Sasa erat.
“Tumben anak Bunda ngomong begitu, ada apaan nih? Lagi mau apa?” tanya Sasa.
Senja mengurai pelukannya, ia menatap Sasa sambil tersenyum lebar seraya menggeleng.
“Senja lagi nggak mau apa-apa kok, Bun. Senja cuma bersyukur aja karena masih bisa ngeliat dunia, dan di kasih kesempatan buat hidup.”
Sasa terdiam di tempatnya, kini ia mengalihkan pandangannya pada Jingga yang berada di belakangnya. Ada rasa sesak di dadanya saat mendengar ucapan Senja. Sebagai seorang ibu, mana mungkin Sasa sanggup melihat anaknya itu harus berjuang melawan rasa sakitnya. Jika bisa di tukar, mungkin ia akan menyuruh Senja untuk melemparkan penyakitnya pada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMBAYUNG (End)
Fiksi RemajaKepergianmu banyak mengajarkan hal baru bagiku, cara menghargai, dan betapa berharganya kamu dalam hidupku. Note: siapkan tissue, mojok, dan siap-siap baper!