Cowoknya sape ni??
Seperti biasa, sudah pagi-pagi sekali Lembayung berdiri menunggu seseorang. Cowok itu melirik jam tangan hitamnya, ia berdecak. Sudah hampir setengah jam ia menunggu namun yang di tunggu belum ada tanda-tanda akan keluar.
Jika bukan karena Jingga, mungkin Lembayung sudah pergi berangkat sekolah sekarang juga. Ya, dia tengah menunggu Senja. Sudah seminggu ini ia seperti seorang supir yang mengantar jemput Senja, tentunya atas perintah dari sang pujaan hati. Meski sempat menolak, tapi akhirnya ia mengalah saat mengingat janjinya, cowok itu ingin sekali mengumpati dirinya yang telah mengucapkan janji terkutuk itu.
Tadi Sasa sempat mengajaknya masuk agar cowok itu menunggu di dalam, tetapi Lembayung menolak karena ia fikir ia tak akan menunggu selama ini. Padahal Lembayung sudah tau sendiri bagaimana leletnya Senja semingguan ini, tapi tetap saja ia fikir tak akan menunggu selama ini terlebih kemarin ia sempat memperingati Senja agar sudah siap lebih pagi, tapi tetap saja gadis itu masih lelet.
Tak lama kemudian, dari arah pintu keluarlah Senja yang nampak sudah siap berangkat sekolah. Gadis itu sepertinya tak merasa bersalah sedikitpun, karena sedari tadi ia malah melebarkan senyumannya.
"Nunggu lama ya?" Lembayung berdecak.
"Menurut lo?" ketusnya.
Senja tersenyum, gadis itu tau jika Lembayung tengah kesal tapi ia malah semakin menggodanya dengan mencolek dagu Lembayung.
"Apasih." Lembayung menepis tangan Senja.
"Jangan galak-galak ah, nanti Senja tambah cinta lho sama Bayung. Emangnya Bayung mau tanggung jawab?"
Bukannya menjawab Lembayung malah menyuruh Senja untuk naik ke atas motornya.
Di dalam perjalanan tak ada yang membuka suara. Lembayung fokus pada jalan, sementara Senja tengah ke asyikan menghirup sejuknya angin yang menerpa wajah cantiknya.
"Bayung. Kita udah deket semingguan, tapi kok Bayung nggak ada tanda-tanda mau nembak Senja, kenapa? Bayung masih malu ya?" tanya Senja.
"Jangan mulai deh lo," jawab Lembayung.
Senja memanyunkan bibirnya.
"Kalau Bayung belum siap nggak apa-apa kok. Bayung mau anter-jemput juga udah buat Senja bahagia banget, apalagi tanpa adanya penolakan dulu meskipun Bayung masih galak sih. Tapi, tetap aja Senja seneng deket-deket sama Bayung." Senja berujar antusias.
"Senja seneng sama Bayung, meskipun galak kalau sama Senja tapi Senja tau kok kalau Bayung itu orangnya baik," lanjutnya lagi.
Sejujurnya jika boleh jujur, Lembayung antara ingin marah dan sedikit senang. Ingin marah karena kehadiran Senja membuat hubungan antara dia dan Jingga yang seharusnya romantis malah semakin renggang, sudah satu minggu inipun ia sangat jarang bertemu Jingga. Dia hanya bisa bertemu di rumah Jingga, itupun kalau tidak ada Saga di rumahnya Jingga, dan itu benar-benar membuatnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMBAYUNG (End)
Teen FictionKepergianmu banyak mengajarkan hal baru bagiku, cara menghargai, dan betapa berharganya kamu dalam hidupku. Note: siapkan tissue, mojok, dan siap-siap baper!