3. Harapan

17.9K 1.5K 90
                                    

Jingga, gadis itu menghapus peluh keringat yang mengenai pipinya, sambil terus memperbaiki letak buku yang ia bawa. Sesekali gadis itu menghela nafas karena kelelahan, wajar saja buku yang ia bawa sangatlah tebal-tebal dan sangat banyak.

Lembayung keluar dari toilet, dia tak sengaja melihat Jingga yang tengah berjalan kesusahan. Seorang cowok keluar dari kelas XII IPA 5 tepat saat Jingga sampai sana, dan..

Brugh!

Semua buku yang ia bawa tergeletak di lantai tersebut, Jingga memejamkan matanya.

"Sorry gue lagi buru-buru," ucap cowok itu dan tanpa rasa bersalahnya dia berlari meninggalkan Jingga yang turun sambil memungut buku tersebut.

Lembayung masih diam, sampai akhirnya hatinya tergerak untuk membantu. Jingga melihat Lembayung yang mengambil buku tersebut, setelah selesai ia berdiri.

"Sini, biar gue aja," ucap Jingga.

"Biar gue bantu!" ucap Lembayung, Jingga menggeleng.

"Nggak usah. Bu Ika kan nyuruh gue yang ambil," ucap Jingga.

"Ngebantuin emang salah ya?" tanya Lembayung.

Melihat Jingga terdiam, Lembayung berjalan mendahuluinya. Kemudian disusul Jingga ikut berjalan di belakangnya, dia memberi sedikit jarak langkahnya dengan Lembayung.

Lembayung berbalik, menepi menunggu Jingga yang berjalan dengan pelan.

"Kalau lo jalannya kayak keong, kapan mau nyampe? Ntar kena omelan bu Ika tau rasa deh," sindir Lembayung.

"Lo kenapa nggak jalan duluan aja?" tanya Jingga.

"Lo ngejaga jarak dari gue ya?" tanya Lembayung.

Jingga menggeleng cepat.

"Yaudah, kalau gitu jalan di samping gue!" Jingga hanya mengikut saja sambil menundukkan kepalanya.

Beruntung sekolah tengah Kegiatan Belajar Mengajar, jadi tidak akan banyak siswa-siswi yang melihat mereka berjalan, cukup sudah Jingga menjadi sorotan karena dikejar-kejar oleh Saga.

Mereka telah sampai di depan kelas, Lembayung mengucapkan salam terlebih dahulu.

"Eh, kok kamu yang bawa Lembayung. Jingganya di mana?" tanya Bu Ika heran.

"Tadi Jingga jatuh bu, kebetulan saya baru keluar dari toilet. Jadi saya bantuin deh." Lembayung menarik pergelangan tangan Jingga, membuat gadis itu berdiri sejajar dengannya.

Tentu saja sekarang mereka tengah menjadi sorotan. Murid IPS 2 bersorak heboh melihatnya, ada yang memanas-manasi Senja sampai mencie-ciekan mereka.

"Kalian cocok ya!" ucap bu Ika.

Jingga mengangkat pandangannya kemudian terbatuk karena ulah bu Ika. Lembayung hanya menanggapi dengan ekspresi tak berlebihan.

"Kenapa kalian nggak pacaran aja? Serasi lho."

Di belakang sana, Senja hanya bisa menatap tajam Bu Ika, dan sendu pada Lembayung sedangkan Saga hanya berdiam saja.

"Lembayung kan jodoh saya bu," celetuk Senja dengan nada tak sukanya.

Terlihat bu Ika memutar bola matanya, baginya hal seperti ini sudah lumrah dilakukan oleh Senja. Bahkan semua guru juga tahu jika Senja tergila-gila dengan pesonanya Lembayung.

"Mendingan juga Lembayung sama Jingga ketimbang kamu, bisa-bisa Lembayung mati kejang-kejang karena harus dengarin celotehannya kamu tiap hari." Senja mengerucutkan bibirnya.

"Terserah ibu deh, yang penting saya adalah tulang rusuknya Lembayung!" timpal Senja.

"Halah pede kamu, belajar aja yang bener baru mikir tulang rusuk tulang rusuk," balas Bu Ika.

LEMBAYUNG (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang