50. Rip Daffa

10.8K 1.3K 354
                                    

Mati itu pasti dan semua mahluk hidup yang ada didunia pasti akan merasakan.







A

gan dan kelima sahabatnya tengah berkumpul di kediaman Genta. Suasana masih hening-hening saja setelah aksi pukul-pukulan tadi siang.

"Krik krik," ucap Barbar mencoba memecahkan keheningan.

"Gue minta maaf," kata Agan pada akhirnya.

Ia mendekati Dirga yang duduk sambil menatap arah lain. Agan pun mendekatinya.

"Gue tau gue salah, nggak seharusnya gue terpancing emosi apalagi sampai mukulin lo kayak tadi. Gue minta maaf, bro." Dirga menatap Agan, kemudian mereka tos ala lelaki.

"Gue juga minta maaf karena udah ngomong nggak pantes kayak tadi. Terima kasih udah ngingetin untuk nggak mencoreng nama baik geng kita." Dirga tersenyum tulus dan dibalas anggukan oleh Agan.

"Nah, gitu dong, kalau maaf-maafan kayak gini kan adem ngeliatnya," celetuk Leo.

"Gue masih bingung, Gi. Lo sama Senja lagi berantem?" tanya Genta.

Agan mengendikkan bahunya, "Salah paham keknya."

"Kok kayaknya?"

"Ya, gue nggak tau pasti. Pas gue dihukum sama Bu Reinda buat keluar kelas, niatnya gue mau ke kantin, tapi di kantin ada guru BK, dari pada nambah masalah mending gue cari aman aja. Mau ke UKS ada Pak Jojo yang lagi nemenin siswanya yang pingsan, kalau gue terobos aja artinya gue cari mati, sementara gue jarang banget latihan karate dan tournament bentaran lagi, salah satu ruangan lainnya ya gue ke perpustakaan. Gue tidur di sana sampe keluar main, terus tiba-tiba Jingga dateng mau ngembaliin buku, nah pas mau taruh buku di rak paling atas dia oleng dan hampir jatuh." Agan menghela nafas.

"Karena gue refleks akhirnya gue pegang pinggangnya buat nahan, biar nggak jatuh. Eh, tau-taunya Senja dateng saat itu juga. Keknya dia ngeliat pas gue pegang pinggang Jingga, dan dia fikir gue meluk Jingga. Dah lah tu, salah paham." Agan menjelaskan sambil mengingat kejadian waktu itu.

"Bodoh," celetuk Elang tiba-tiba, membuat mereka menoleh.

"Abang Elang kalau ngomong suka singkat, padat, jelas dan nyelekit," balas Barbar.

Barbar kemudian membentuk tanda 'peace' saat melihat Elang yang menatapnya tajam.

"Bodoh gimana nih maksudnya?" tanya Genta mengalihkan pembicaraan.

"Lo bodoh karena nggak jelasin," ujar Elang.

Agan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sebenarnya ia bukan tidak mau menjelaskan. Hanya saja saat akan membuka suara untuk menjelaskan itu, bibirnya terasa kelu sekali terlebih Senja selalu mengalihkan pembicaraan dan tidak memberikan kesempatan padanya untuk menjelaskan.

"Gue setuju sama Elang. Kalau lo jelasin dari awal, mungkin masalahnya nggak akan berlarut-larut sampai sekarang. Lo juga kan yang sakit harus ngeliat Senja deket-deket sama Lembayung," sahut Dirga.

Agan menghela nafas berat, ia mengakui bahwa masalahnya dari awal adalah dari Agan yang tak menjelaskan hingga masalahnya berlarut-larut seperti sekarang.

"Keknya lo bener-bener mau insaf jadi playboy ya, Gan," kata Leo.

"Kalau pacaran sama cewek kayak Senja ya harus setia," jawab Genta.

"Maksud gue, tipe-tipe cewek kayak Senja itu termasuk orang yang pantang buat diselingkuhin ataupun diduain. Bisa habis lo ditangan dia, secara Senja kan cewek bar-bar." Genta menjelaskan karena semua mata menatapnya dengan pandangan bertanya dan menuntut jawaban.

LEMBAYUNG (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang