7. Alibi

10.9K 1.1K 85
                                    

"Kalau gitu kasih tau gue, apa alasan di balik semua peruabahan lo?"

Jingga menggigit bibir bawahnya.

"Ini pesanannya," ucap pelayan tersebut sambil menaruh makanan yang mereka pesan.

"Ga, lo belum jawab gue!"

"Makan dulu ya, gue laper." Jingga mulai melahap makanan yang mereka pesan, Lembayung tau jika Jingga enggan menjawab pertanyaannya dan tadi adalah cara Jingga untuk mengalihkan pembicaraan mereka.

"Ga Lo-"

"Kalau makan nggak boleh ngomong Bay, nggak baik," potong Jingga cepat.

Lembayung menghela nafasnya, rupanya Jingga benar-benar berniat untuk tak menjawab pertanyaannya Lembayung.

Akhirnya Lembayung pun mulai melahap makanan yang ia pesan barusan. Setelah selesai makan Jingga memegang perutnya yang terasa mengembung.

"Udah kenyang?" Jingga mengangguk.

"Mau nambah?" Jingga menggeleng.

"Ini aja perut rasanya mau meledak apalagi nambah, gue nggak sanggup Bay." Lembayung terkekeh.

"Mau langsung pulang atau jalan-jalan dulu?" Jingga terdiam sejenak.

"Langsung pulang deh, tapi gue pinjam hape lo ya?"

"Buat apa?" meski bertanya tapi tetap saja Lembayung memberikan hapenya untuk Jingga.

"Mau nelfon Papa suruh jemput."

"Kan lo pulangnya sama gue ngapain mina dijemput."

Jingga tak menjawab ucapan Lembayung, gadis itu tengah terfokus menatap wallpaper layar kunci Lembayung yang menampilkan foto seorang gadis.

Ada rasa senang yang dan sedih sekaligus di hati Jingga. Gadis tersebut tersenyum melihat wallpaper Lembayung yang menampilkan fotonya yang sedang tertawa, candid sekali, ia yakin jika Lembayung mengambilnya secara diam-diam.

"Ga, lo kenapa senyum-senyum kayak gitu?" tanya Lembayung pelan.

"Nggak kok! Lo nyimpan nomer Papa gue kan?" Lembayung tampak berfikir sebelum akhirnya menggeleng.

"Yah, hape gue mati jadi gimana dong?" Jingga menekuk wajahnya membuatnya nampak menggemaskan di mata Lembayung, ingin sekali cowok itu mengabadikan ekspresi Jingga sekarang.

"Kan udah gue bilang biar gue yang anter."

"Emang gue nggak ngerepotin gitu?" Lembayung terkekeh.

"Gue gak pernah repot kalau itu semua berurusan sama lo," bisik Lembayung di depan wajah Jingga.

Mata Lembayung menatap lekat wajah Jingga yang jaraknya sangat dekat dengan wajahnya.

"Eh, nggak usah deh! Gue bisa pulang sendiri kok," ucap Jingga gugup.

"Sendiri? Lo cewek, mana mungkin gue ngebiarin lo pulang sendirian. Dunia luar itu kejam Jingga, kalau lo kenapa-napa di jalan nanti gimana?"

"Jangan di doain kenapa-napa juga dong," jawab Jingga.

"Kalau ada preman yang ngejambret lo gimana?"

"Mikirnya yang positif aja ish."

"Kalau misalnya dia mau perkosa lo gimana?" Jingga membelalakkan matanya mendengar ucapan Lembayung yang sevulgar itu.

"Udah deh Bay jangan nakut-nakutin gue!" ucap Jingga dengan kesal.

Entah untuk kesekian kalinya Lembayung tertawa untuk hari ini dan semua itu karena ulah Jingga yang terlalu menggemaskan untuk Lembayung.

LEMBAYUNG (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang