32. Minta izin

8.3K 902 197
                                    

"Saya mau melamar Senja, menjadikannya makmum saya, menjadikannya ibu dari anak-anak saya, dan menjadikannya sebagai orang yang pertama kali akan saya lihat saat bangun pagi dan sebelum tidur malam," ucap Agan tegas tak ada guratan keraguan sedikitpun.

"APA?!" teriak Senja.

Gadis itu berjalan tergesa-gesa mendekati Agan. Sasa yang mendengar itu hanya terbengong saja, bingung mau bereaksi seperti apa.

"Gak waras lo," bentak Senja. Ia menaruh kasar gelas yang ia bawa.

"Ayaaaaah, anak gadismu dilamar!" teriak Sasa.

Senja membulatkan matanya.

"Eh, bunda! Ayah jangan di kasih tau dulu, ini kan cuma pemanasan. Biar nanti kalau ngelamar beneran nggak kaku-kaku banget!" Agan nyengir meskipun dalam hati panik setengah mampus.

"Baper ya?" Agan menatap Senja dan Sasa secara bersamaan.

"Lo bener-bener minta ditampol ya!" ucap Senja.

"Gimana bun? Udah cocok ngelamar beneran nggak?" Agan menaik turunkan alisnya.

"Emmm, cocok sih. Bunda sampe shock denger kamu ngomong kayak gitu, kirain beneran."

Agan terkekeh.

"Ternyata Senja baperan karena faktor keturunan ya," ucap Agan.

"Ck, tuh bunda dikatain baperan udah bun usir aja anak konda ini." Senja mendelik menatap Agan.

"Nggak apa-apa, toh juga beneran kok kalau bunda itu orangnya baperan. Jadi, bukan salah kasep eh, siapa namanya?"

"Kenalin dulu bun, nama saya Agan kasep. Biasa di panggil Agan, atau AA ganteng. Anak orang kaya tapi gak pamer, ganteng tapi nggak sombong. Bunda bisa manggil calon mantu."

"Ih, imut, gemesin," ucap Sasa.

Agan tersenyum bangga.

Senja menghela nafas kasar. Rupanya Agan sudah mampu memikat hatinya Sasa. Terbukti, karena sedari tadi perempuan itu terus-terusan membela Agan.

"Pulang sana. Keluarga gue gak terima cowok gak waras kayak lo."

"Senja!" peringat Sasa.

"Tamu itu raja. Gue di sini tamu, jadi lo harus memperlakukan gue layaknya raja dan lo pelayannya," ucap Agan.

"Tamu gak ada ahlak!"

"Ja, gak boleh ngomong kayak gitu. Cewek cantik gak boleh ngomong kasar, karena kamu jelek jadi bebas mau ngomong kasar apa aja. Kayak Anjing misalnya. Selama kamu ngomongnya di belakang bunda, kamu aman. Tapi, kalau ada bunda jangan sekali-kali sebut setan dan semacamnya atau uang jajan kamu bunda potong!"

Senja mencibir Sasa. Bundanya itu sepertinya sudah tak waras. Dia yang mengingatkan tapi dia juga yang berkata kasar sendiri.

"Udah-udah. Agan tau kok bun kalo Agan itu ganteng, tapi jangan direbutin kayak gini lah. Bunda kan udah punya ayah, biarin Agan sama Senja aja. Soalnya Agan gak mau saingan sama ayah, bisa gak dapet restu ntar!"

Sasa dan Senja menatap Agan tanpa ekspresi.

"Bunda mau ke atas dulu, mau siap-siap!"

Sasa berjalan meninggalkan Senja dan Agan.

"Pulang gih," ucap Senja saat Sasa sudah tak nampak lagi.

"Nggak mau."

"Sana iih. Ngapain ke sini sih?"

"Dibilang anter testpack juga, sekalian latihan ngelamar."

Dengan tidak ada adabnya Agan meminum jus jeruk tersebut dan memakan cemilan yang sudah tersedia di atas meja. Di mana tempat tidak ada ahlaknya? Dia meminum tanpa di persilahkan terlebih dahulu, memakan cemilan dengan rakusnya, seperti seseorang yang tak pernah makan satu tahun.

LEMBAYUNG (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang