45. Jenguk.

10.6K 1.2K 344
                                        




S

udah tiga hari semenjak Lembayung rawat di rumah sakit, Senja tak pernah datang untuk menjenguk cowok tersebut.

Sore ini cewek itu tengah rebahan membaca cerita di wattpad. Sedari tadi ia terus-terusan tersenyum, sampai-sampai Sasa masuk pun tak ia sadari.

"Senja," panggil Sasa dengan lantang.

Gadis yang tengah asyik dengan dunianya itu kini menoleh menatap Sasa yang menatapnya garang.

"Apa, Bun?" tanya Senja mencebik.

"Kuping kamu nyangkut dimana? Bunda panggilin kok nggak nyaut-nyaut," ucap Sasa kesal.

"Maaf, bun tadi abis ketemu masa depan."

Kening Sasa mengerut.

"Ke intinya aja, ada apa?" tanya Senja tak mau berlarut-larut di omeli.

"Anterin bubur buat Lembayung ke rumah sakit ya."

Senja menghela nafas. Hidupnya terasa lebih damai tanpa kehadiran Lembayung, tanpa kehadiran cowok itu move on nya terasa kian lebih ringan. Tapi sekarang? Berat sekali rasanya mau bertemu cowok itu, meskipun Senja kangen tapi niatnya untuk move on sudah bulat.

"Suruh Saga aja, bun." Senja kembali berbaring.

"Nggak enak Bunda nyuruh Saga, kayaknya dia lagi galau. Emangnya kalau kamu kenapa sih? Biasanya juga senang banget kalau mau ketemu sama Lembayung, kenapa sekarang jadi males-malesan gini?"

"Bunda tuh nggak tau," ucap Senja pelan.

"Nggak tau apanya?" teriak Sasa.

"Buruan sana. Nggak usah males-males kayak gini, anak perawan kok kelakuannya rebahan terus."

Buru-buru Senja bangkit karena Sasa menarik paksa selimutnya, Senja mencebik saat guling kesayangannya mendarat mulus di punggungnya, siapa lagi pelakunya jika bukan Sasa.

"Bunda keluar sana, Senja mau ganti baju dulu."

"Pake itu aja kenapa si? Mau ganti baju atau nggak itu nggak akan ngerubah tampilan kamu yang kayak gembel ini."

Senja membulatkan matanya.

"Bunda!" teriak Senja.

"Heh, berani teriak-teriak sama orang tua. Dosa. Nggak pernah di sekolahin ama emak bapak lo? jangankan teriak berkata ah aja nggak boleh sama orang tua." Senja memutar bola matanya.

Dosa besar apa yang telah Senja lakukan di masa lalu sampai punya emak somplak seperti Sasa.

"Yaudah terserah bu ustadzah aja. Mana buburnya?"

"Siap-siap dulu bambank, pake parfum yang banyak biar nggak bau nafas kuda." Setelah itu Sasa keluar.

Senja benar-benar tak habis fikir dengan Sasa. Hufftt sabar Senja, dia emak lo. istigfar banyak-banyak.

"Astagfirullah," gumam Senja sambil mengelus dadanya bersabar.

Ia segera bersiap-siap, setelah itu keluar, berpamitan dan bergegas menuju rumah sakit menaiki taksi.

Jalanan malam begitu senggang, selain karena bukan jam pulang dan pergi kantor mungkin karena kebanyakan orang lebih memilih untuk berdiam di rumah, beristirahat dari penatnya aktivitas seharian.

Karena tak terkena macet maka untuk sampai ke rumah sakit ia tak membutuhkan waktu lama. Ia berjalan masuk rumah sakit, tentunya setelah membayar taksi.

LEMBAYUNG (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang