40. Berbeda

11.5K 1.2K 640
                                    







































Jangan lupa dengerin lagunya Elmatu-Aku yang salah. Mantull banget ❤❤















Dua minggu sudah berlalu dengan cepat, terasa seperti satu kali mengerjapkan mata dan langsung dua minggu. Hari-hari di lalui dengan berat oleh Lembayung. Semenjak hari itu, hubungannya dengan Jingga memang benar-benar telah usai. Untuk sekedar menyapa pun Jingga enggan. Semenjak hari itu pula tak ada perbincangan antara dirinya dengan Jingga.

Hidup Lembayung kian terasa sepi, saat Senja juga benar-benar hilang dari hidupnya. Hari itu, setelah pulang sekolah Senja memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Meski, sempat beradu cekcok dengan Bintang dan Langit, namun pada akhirnya Senja tetap kembali ke rumahnya. Dan menghilang, sampai hari ini pun batang hidungnya tak pernah nampak. Sekolah pun ia tak pernah, entah kemana perginya gadis itu. Yang pasti, Lembayung merasa kehilangan sesuatu yang berharga sekarang.

Bagaimana dengan Saga? Cowok itu juga benar-benar menjauhinya. Saga bahkan sampai pindah tempat duduk, saat bertemu mereka seperti tidak saling mengenal. Beruntungnya Candra dan Miko masih bersamanya, menguatkannya dan menghiburnya. Itu semua, cukup membuat Lembayung merasa tidak benar-benar kehilangan semuanya.

Seperti saat ini Lembayung dan kedua sahabatnya tengah berada di balkon kamar Lembayung. Mereka tengah menikmati keindahan Senja yang dapat di lihat dari sana, dengan Candra yang memetikkan gitar seraya mengalunkan lagu, jangan remehkan suara Candra karena cowok itu sepertinya memang mempunyai bakat dalam bernyanyi dan memainkan alat musik.

Sementara Miko tengah memakan camilan sembari membaca cerita di wattpad, sesekali ia ikut menyumbangkan suaranya. Bagaimana dengan suaranya, apakah bagus? Tentu saja, bagus sangat bagus bagi orang yang mau melihat gendang telinganya pecah. Sudah suara fals, dan dengan pedenya ia meninggikan suaranya yang membuat siapa saja rasanya ingin menguburkan dirinya hidup-hidup di dalam tanah.

"Gendang telinga termasuk alat musik bukan?" tanya Miko tiba-tiba.

"Mulut termasuk makanan bukan?" tanya Candra balik.

"Bukanlah bego, mulut itu untuk melihat."

Baik Lembayung dan Candra mendelik. Miko menyengir tanpa dosa, ia kembali mengambil cemilan dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

"Serah lo serah. Nggak sekalian pantat untuk bernafas?" tanya Candra santai.

"Yee, goblok jangan di pelihara napa Can. Lo pas pelajaran IPA ngapain aja sih?"

"Coli," jawab Candra santai sambil kembali memetikkan gitarnya.

"Anjim," seru Miko.

"Otak lo ternyata udah kotor dari lama ya?"

"Emang. Makanya gue mau cari tukang service otak," sahut Candra.

"Nggak perlu di cari. Biar gue aja yang service otak lo. sini. kemari, sayang."

Miko melapangkan kedua tangannya, siap menyambut pelukan Candra. Namun yang ia dapatkan bukanlah pelukan kasih sayang, melainkan delikan tajam dari Miko.

"Gue masih normal," ucap Candra.

Percakapan mereka berhenti. Tatapan mereka kini beralih pada Lembayung sejak tadi diam seraya menatap ke depan. Sesekali, ia nampak menghela nafas.

"Lembayung mah gak asik. Galau melulu," celetuk Miko. Cowok itu kembali membuka plastik cemilan yang entah sudah keberapa kalinya.

Saat Candra baru menghabiskan satu plastik garuda rosta, cowok bernama Miko malah sudah menghabiskan tiga plastik. Sementara Lembayung belum menyentuh satupun cemilan tersebut, padahal yang membelinya adalah Lembayung sendiri.

LEMBAYUNG (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang