Et, vote dan komennya beeb ❤❤
Lembayung duduk terdiam, matanya menatap kosong kantin yang tengah di penuhi oleh siswa-siswi SMA Pelita. Hatinya merasa resah, fikirannya melayang kemana-mana. Selain Jingga ada juga Senja yang memenuhi fikirannya, entah mengapa ia merasa bersalah pada gadis tersebut. Di sebelahnya ada Candra dan Miko yang juga tengah bersamanya. Kedua lelaki itu tak ada niatan untuk menghibur Lembayung.
Berita tentang aksi tadi pagi kini sudah tersebar luas, semua murid SMA Pelita telah mengetahui permasalahan tersebut. Berita tersebut telah menyebar dengan begitu cepatnya.
"Dimakan, Bay," ucap Miko pelan.
"Gue terlalu kasar nggak sih?" gumam Lembayung.
Terdengar suara kekehan sinis dari Candra.
"Jujur aja, Bay. Gue kecewa sama sikap lo yang barusan, kekanak-kanakan tau nggak. Senja itu cewek dan dia nggak tau apa-apa soal percintaan lo sama Jingga. Kenapa dia yang lo salahin? Dan semarah apapun lo sama cewek, nggak pantes memperlakukan dia dengan kasar kayak tadi."
"Can, sabar," ucap Miko.
"Kesabaran gue udah hilang, Mik. Lembayung udah keterlaluan, Senja itu cewek harusnya dia bisa lebih bersikap bijak. Senja juga nggak ada salah apa-apa, kenapa harus dia yang di salahin sih? Harusnya lo salahin cewek murahan yang jadi pacar lo itu, dia munafik!" ucap Candra sinis.
Lembayung menatap tajam Candra.
"Jaga ya ucapan lo!" bentak Lembayung.
"Oh, gue lupa. MANTAN pacar kan?" Candra tersenyum sinis. Cowok itu sengaja menekankan kata mantan pada ucapannya.
"Bay, sabar Bay." Miko memegang pundak Lembayung. Cowok goblok itu menatap secara bergantian kedua sahabatnya yang tengah tersulut emosi.
"Gue nggak mau berpihak sama siapapun di sini, tapi cuma mau ngingetin kalau lo di sini salah, Bay. Apapun alasannya memperlakukan cewek dengan kasar itu nggak bener, dan lo Can kita semua tau kalau Lembayung salah, tapi coba lo memposisikan diri lo sebagai Lembayung. Apa yang bakal lo lakuin kalau hubungan lo terhalang oleh orang yang nggak lo suka? Mikir, Can," ujar Miko sok serius.
"Kita ini-"
Belum sempat Miko menyelesaikan ucapannya, sebuah gebrakan meja membuat perhatian mereka teralih.
"Ada apa?" tanya Lembayung bingung.
Saga tertawa sinis.
"Ada apa? serius lo nanya ada apa? otak lo dipake dimana, hah? Kita emang laki-laki tapi harusnya bisa menjunjung tinggi derajat perempuan. Apa yang lo lakuin sama Senja tadi pagi udah keterlaluan. Selama ini gue selalu diem, sekali ngebentak gue nggak apa-apa, dua kali ngebentak gue juga gak pernah mempermasalahkan, sampai berkali-kali pun gue gak pernah negur lo. Tapi, apa yang lo lakuin kali ini sama adek gue udah keterlaluan, semakin gue diem ternyata lo semakin ngelunjak."
Lembayung terkejut, begitu pula dengan yang lain. Seketika kantin yang tadinya ramai dengan bacotan para murid kini sepi macam kuburan. Fokus mereka kini tak lagi pada isi perut mereka, tetapi teralih pada Saga yang tengah menatap Lembayung dengan amarah yang meluap-luap.
Candra dan Miko juga diam. Mereka tak bisa menyalahkan Saga, tak bisa juga menyalahkan Lembayung. Semuanya terlalu sulit.
"Gue diem selama ini karena apa? karena gue fikir lambat laun lo bakal berubah dan nyadar kalau kekerasan pada cewek itu nggak bener. Kebahagiaan Senja itu juga ada sama lo dan gue nggak mau ngerusak kebahagiaan adek gue sendiri. Tapi, semakin hari lo nggak ada perubahan dan semakin semena-mena sama adek gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMBAYUNG (End)
Teen FictionKepergianmu banyak mengajarkan hal baru bagiku, cara menghargai, dan betapa berharganya kamu dalam hidupku. Note: siapkan tissue, mojok, dan siap-siap baper!