Selamat membaca cerita Lembayung❤️
Jingga berlari menuju kamar mandi, lagi-lagi air matanya turun membasahi pipinya. Dia menatap pantulan dirinya di cermin yang berada di toilet, tubuhnya terkujur lemas, isakannya terdengar kali ini lebih keras.
Kenapa mereka tega melakukan hal seperti itu pada Jingga? Apa salahnya? Dia bahkan tak pernah berfikir untuk membalas perasaan Saga bahkan dia juga tak mempunyai perasaan untuk Saga, Saga yang duluan mendekatinya tetapi mengapa mereka melakukan semua ini pada Jingga?
Setelah sekitar 30 menit menangis akhirnya tangisan Jingga mereda, tetapi suara sesenggukan masih terdengar. Jingga mulai bangkit dari duduknya, menatap miris baju seragam yang ia kenakan kini sudah berganti warna yang dari putih menjadi hitam. Wajahnya juga sama disertai bau yang sangat menusuk membuat siapapun yang ada di dekatnya pasti akan merasa jijik.
Sekarang Jingga menghela nafas, bagaimana dia akan mengikuti pelajaran jika sudah seperti ini? matanya menatap arloji di tangannya, sekitar 30 menitan lagi sekolah akan bubar, jadilah Jingga berfikir untuk membolos saja, toh juga sesekali membolos tak apalah.
Jingga terus meringkuk, hingga waktu terasa seakan lebih cepat berlalu jam pelajaran sudah bubar sekitar 15 menit yang lalu. Sengaja ia mengulur waktu karena untuk menghindari kerumunan siswa.
Tangan Jingga terulur untuk membuka knop pintu, tetapi saat ia membukanya pintu tak bisa terbuka, gadis itu berusaha lebih keras namun tak bisa, pintu tersebut tak kunjung jua terbuka.
Jingga mulai merasa resah akhirnya dia memutuskan untuk menggedor-gedor pintu berharap masih ada orang di balik pintu agar menolongnya.
"Tolong!" pekik Jingga.
"Tolong, siapapun yang ada di luar tolongin gue!" tangan Jingga memukul-mukul pintu tersebut lebih keras.
"Tolong!!" teriak Jingga lagi, namun tak ada jawaban sama sekali.
Keringat dingin mulai membanjiri pelipis Jingga, jantungnya berdegup kencang.
Siapa lagi yang tega menguncinya dari luar? Siapa yang dengan tega melakukannya?
——
Senja menghembuskan nafasnya kasar, tubuhnya menggeliat mengusir rasa pegal yang menghinggap di tubuhnya. Sekolah sudah sepi, dan mereka baru saja selesai rapat, sungguh membosankan.
Di lapangan masih ramai karena ada beberapa ekskul yang tengah latihan. Gadis itu bergegas masuk ke dalam kelasnya, di sana hanya ada tasnya, Jingga? gadis itu pasti sudah pulang terlebih dahulu, kemudian Senja mengambil tas ranselnya lalu segera keluar dari kelas, karena keadaan kelas yang sepi membuat suasana ruangan tersebut menyeramkan.
Senja pulang menaiki mobilnya, mobil tersebut adalah hadiah ulang tahun untuk Senja dari Daffa dan Sasa.
Sesampainya di rumah dia tersenyum kala melihat mobil Lembayung dkk. Dengan perasaan gembira dia segera masuk ke dalam rumahnya.
"Assalamualaikum," teriak Senja.
"Assalamualaikum," teriak Senja lagi saat tak ada yang menjawab salamnya.
Gadis itu segera naik ke lantai dua rumahnya.
"Ass-"
"Waalaikumsalam," jawab Sasa yang berada di depannya.
Seperti hafal dengan kelakuan anaknya, Sasa mendengus kesal, Senja menyengir lebar sambil membentuk tanda peace.
"Baru pulang beb?" tanya Miko, mulut lelaki itu di penuhi dengan cemilan yang tengah ia makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMBAYUNG (End)
Ficção AdolescenteKepergianmu banyak mengajarkan hal baru bagiku, cara menghargai, dan betapa berharganya kamu dalam hidupku. Note: siapkan tissue, mojok, dan siap-siap baper!