10. Agan

11.2K 1K 72
                                        

"Bang?" panggil Senja membuat Saga menoleh.

"Udah gak marah lagi?" goda Miko.

"Kenapa?" tanya Saga tak menoleh sedikitpun.

"Lo tadi nganterin Jingga pulang kan?"

Saga mengerutkan keningnya.

"Bukannya dia pulang barengan sama lo?" tanya Saga balik.

Lembayung yang sedari tadi mendengar nama Jingga kini mulai menajamkan pendengarannya.

"Hah? Nggak ada tuh, gue malah ngira dia pulang bareng lo atau dijemput sama bokapnya."

"Coba telfon deh," usul Candra.

Saga mengangguk, kemudian Senja mulai mencari nomer Jingga dan menelfonnya. Dering suara telfon berasal dari dekat Miko, mereka semua menoleh.

"Itu tasnya," ucap Senja.

"Iya, tadi gue bawain pulang karena gue fikir dia bakalan lama pulang dan bakal pulang bareng sama lo," ucap Saga.

"Gue kan tadi rapat ekskul dance, lagian juga setelah gue pamit, Jingga juga balik ke kelas."

"Tapi dari setelah keluar main Jingga nggak balik ke kelas, gue kira dia ikut rapat barengan sama lo."

"Jingga kan bukan anak dance bang, gimana sih lo," ucap Senja kesal.

Lembayung mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, saat dia bertemu Jingga dalam keadaan mengenaskan, kemudian ia berujar pedas hanya karena tuduhan Jingga, dan ia meninggalkan Jingga.

Padahal dia melihat pinggang Jingga hanya karena ingin melihat ukuran roknya, tapi niat baiknya malah dituduh yang tidak-tidak oleh Jingga.

"Lo udah tanya teman-teman kelas belum?" tanya Saga.

"Nggak ada yang bales," jawab Senja.

"Kemana perginya si ayang beb ya?" tanya Miko pada Candra.

"Kalau gue tau nggak bakal kayak gini ceritanya," balas Candra kesal pada Miko.

"Ye, siapa tau lo tau kan tapi nggak mau ngasih tau."

"Gila aja lo," balas Candra sewot.

"Biasa aja dong jangan ngegas bangsat."

"Otak lo kenapa sih? Nyangkut di rahim emak lo ya?"

"Alhamdulillah otak aing pas keluar udah utuh."

"Otak ada tapi pikiran gak ada, heran aing."

"Udah-udah jangan pada berantem, ini Jingga gimana?" tanya Senja menengahi.

"Kita cari ke rumah orang-orang yang sekiranya dekat sama dia," usul Saga.

"Tapi dia kan gak kenal orang lain selain kita!"

"Nggak ada salahnya mencoba. Udah buru." Saga menepuk pundak Candra dan Miko.

"Lo di rumah aja, istirahat," ucap Saga pada Senja.

"Bay, lo mau ikut gak?" tanya Saga pada Lembayung sedari tadi diam.

"Gue cabut!" ucap Lembayung kemudian berjalan meninggalkan mereka tanpa menjawab.

"Si Bayung kenapa sih? Kayak gak ada semangat hidup gitu? Hidupnya datar bener, gak warna-warni kek kita." Miko menatap punggung Lembayung yang sudah hilang di balik anak tangga.

"Kita? Lo aja kali, gue mah ogah!" kata Candra.

"Jahat kau!" ucap Miko dramatis.

"Biarin gue dibilang jahat sama lo, asalkan doi bilang gue baik." Candra tersenyum.

LEMBAYUNG (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang