"Kebetulan sekali karena kalian ada di sini, ada hal yang ingin kami sampaikan kepada kalian," ucap Daffa.
Baik Lembayung maupun Senja sama-sama di buat bingung. Rasa penasaran seketika menggerogoti mereka berdua.
"Ada apa, Yah?" tanya Senja yang sudah sangat penasaran.
"Jadi, begini ... nah jadi begitu ceritanya. Sedih kan?"
Daffa terkikik geli, sementara semua orang menatapnya aneh. Sasa menyikut lengan suaminya. Rupanya, Daffa tengah melawak.
"Ayah! Gaje tau nggak. Cepet ceritain, Senja udah gak sabar nih, " kesal Senja.
"Susah emang becanda sama orang yang jiwanya udah mati," gerutu Daffa.
"Udah bau tanah, kelakuan lo kayak anak ABG aja," sahut Langit.
"Lang, bukan ABG tapi AUD."
"Hah? Apaan tuh?" tanya Bintang penasaran.
"Anak udah dua." Semua orang mendelik menatap Daffa yang nyengir.
"Udah-udah, bercanda mulu dari tadi. Buruan ngomong!" kata Sasa.
Daffa memasang wajah seriusnya membuat semua orang juga menatapnya serius.
"Nungguin ya?" tanya Daffa tergelak.
"Ayah!" Senja menatap Daffa dengan kesal.
"Ekhm, serius. Jadi begini, Ayah ada urusan ke luar negeri mungkin sekitar satu bulan atau mungkin lebih, jadi Ayah mau titipin kamu ke om Langit sama tante Bintang," ujar Daffa.
"Emangnya Senja barang yang bisa dititipin?" tanya Senja lesu.
"Kamu kenapa nggak bersemangat gitu?" Daffa menatap heran Senja.
"Senja fikir bakal di jodohin ama Lembayung," ucap Senja. Lembayung menatap Senja tajam.
"Terus Bunda ikut?" tanya Senja.
"Kalau Ayah pergi, otomatis Bunda ikutlah. Mana bisa Ayah hidup tanpa Bunda, jangan ngadi-ngadi deh kamu."
"Terus Saga?"
"Dia enggak ikut. Kan sekolah, masa mau bolos kan nggak lucu, Ayah udah capek-capek kerja buat bayar spp kalian, terus main seenaknya bolos. Mahal tau bayar spp nya."
Senja berdecak.
"Jadi begini, Ja. bunda bukannya nggak percaya kalau Saga bisa jagain kamu, bunda percaya, percaya banget. Tapi, kan kalian masih anak-anak dan bunda sama ayah akan melakukan perjalanan jauh bin lama. Karena kebetulan om Langit sama tante Bintang mau nampung kamu jadi, kenapa enggak?"
"Aku aja bun yang ditampung?" tanya Senja.
"Iya. Kalau Saga nanti tidur di manapun terserah dia, dia kan cowok. Kalau pun tidur di kolong jembatan pun bukan masalah, kalau kamu kan anak gadis jadi penjagaannya harus ketat," ucap Daffa.
"Sembarangan kamu kalau ngomong!!" timpal Sasa. Matanya menatap tajam sang suami.
Senja mengulum senyumnya, itu berarti setiap hari setiap saat ia bisa bersama Lembayung. Senja melirik Lembayung yang tengah memijit pelipisnya.
"Gimana. Kamu mau kan?" tanya Sasa.
"Mau, bun. Mau banget!" seru Senja.
Lembayung mendelik. Hidupnya akan bertambah tidak tenang lagi.
"Udah kan? Kalau gitu, aku sama Bintang mau pulang duluan. Nanti malem kalian anter aja Senja ke rumah," ucap Langit.
"Sipp!" balas Daffa.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMBAYUNG (End)
Teen FictionKepergianmu banyak mengajarkan hal baru bagiku, cara menghargai, dan betapa berharganya kamu dalam hidupku. Note: siapkan tissue, mojok, dan siap-siap baper!