Senja berjalan menyusuri koridor. Seperti biasa, ia berjalan sembari tersenyum manis, menyapa semua orang yang ia temui, seolah tak terjadi apa-apa, yang tak orang tau adalah hati Senja sedang sakit, mengingat kejadian malam yang lalu.
Saat ini ia tengah menuju ke kantin, hendak menyusul sahabatnya Jingga. Tadi, ia pergi ke toilet untuk membuang hajatnya.
"Senja, sayang!" panggil seseorang.
Senja menoleh. Ia memutar bola matanya, tidak jauh dari tempatnya berdiri ada Agan dan kawan-kawan yang tengah duduk-duduk.
"Bu Negara tuh," celetuk salah satu teman seperdarah nakalnya Agan.
Senja tak menghiraukan, begitu melihat Senja berjalan, Agan segera berdiri.
"Mau kemana, bos?" tanya salah satu temannya lagi.
"Mau ngejar calon ibu Negara dulu," teriak Agan sambil berlari menjauh.
"Tungguin, napa beb. Jalannya cepat amat, lagi kebelet mau berak ya?" Agan merangkul Senja dengan santainya.
Senja menoleh, memplototi Agan yang dengan santainya mengatakan hal jorok seperti tadi.
"Gundulmu," bentak Senja.
Gadis itu menghentikan langkahnya, berusaha melepaskan tangan kekar Agan yang merangkulnya.
"Lepasin bego!" teriak Senja.
Bukannya melepaskan Agan malah semakin mempererat rangkulannya. Laki-laki itu terkekeh melihat wajah kesal Senja.
"Nggak apa-apa gue bego, yang penting calon ibu dari anak-anak gue nggak boleh bego."
Agan mengedipkan sebelah matanya genit pada Senja.
"Mata lo, gue jodohnya Bayung jangan macem-macem ya lho."
Tawa keras terdengar dari Agan, lelaki itu melepaskan rangkulannya, memegang perutnya yang teras sakit akibat mendengar penuturan Senja barusan.
"Ngalor ngidul lo. Serius jodohnya Bayung? Kalau jodoh kenapa di cuekin mulu? Lagian pacaran aja di tolak, apalagi jadi jodoh, dimuntahin nggak tuh? Duh Senja sayang, kalau menghayal jangan terlalu tinggi ya, ntar kalau jatuh sakitnya sampai ke ubun-ubun lho."
Senja menatap Agan yang masih tertawa. Serasa ada yang keluar dari telinga Senja, kulitnya yang nampak putih kini kemerah-merahan, jika terlihat mungkin sekarang sudah ada tanduk di kepalanya.
Selain karena ucapan Agan yang terkesan mengejeknya, sekarang mereka juga tengah menjadi pusat perhatian. Mereka menatap kedua sejoli tersebut dengan aneh, mungkin karena mereka juga mendengar perkataan Agan barusan, karena Agan juga mengatakannya dengan cukup keras.
"Lo remehin gue? Pernah dengar gak lo, pacaran itu nggak perlu yang penting langsung nikah? Jodoh itu nggak ada yang tau, siapa tau sekarang Lembayung nggak pacaran sama gue tapi dia jadi suami gue nanti gimana? Jangan ngeremehin gue lo," ucap Senja dengan lantang.
Melihat Senja yang berkacak pinggang membuat Agan menganggukkan kepala, kemudian ia menatap Senja yang tengah menatapnya dengan menantang, karena gemas Agan dengan percaya dirinya mencubit kedua pipi Senja.
"Ish, nggak usah cubit-cubit pipi gue pakai tangan kotor lo itu."
"Senja sayang, dengerin calon pacar lo ini, selain ganteng gue juga bakal nyeramahin lo ya. Gini deh lo mikirnya, pas lo ngajak pacaran aja Lembayung udah nolak lo mentah-mentah, apalagi kalau nikah? Lagipula Bayung itu sukanya sama Jingga, bukan lo. Tapi lo nggak usah galau hanya karena ditolak Bayung, santuy aja, kan ada aa ganteng ini yang kalau ditembak sama Senja nggak akan mikir dua kali untuk terima. Soal kesetiaan mah, neng Senja tenang aja, aa Agan ini orang paling setia di antara kambing-kambing pak Eko."
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMBAYUNG (End)
Fiksi RemajaKepergianmu banyak mengajarkan hal baru bagiku, cara menghargai, dan betapa berharganya kamu dalam hidupku. Note: siapkan tissue, mojok, dan siap-siap baper!