Lembayung memberhentikan kegiatan larinya, cowok itu duduk di dekat lapangan menatap siswa siswi kelas XII-Ips 2 yang tengah berlari.
Seharusnya sekarang ini mereka tengah praktik, namun guru olahraga tengah berhalangan masuk dan menyuruh siswa siswinya untuk lari keliling lapangan.Laki-laki disuruh lari sebanyak 10 kali sedangkan perempuan 5 kali. Lembayung sudah menyelesaikannya, cowok itu duduk sambil mengatur nafasnya. Tak lama kemudian, Saga ikut duduk di sebelah Lembayung, disusul oleh Miko dan Candra.
"Woy, Miko lo belum genap 10 putaran!" teriak Candra.
"Elah, gue udah lebih dari 10 putaran kali Can!" kata Miko santai.
"10 putaran pala lo, baru aja 8 putaran. Nggak usah ngada-ngada lo buruan lari!" perintah Candra.
"Nggak percayaan banget sih Can, sama gue. Kalau udah sama gue nggak percaya gimana sama pasangan lo?" ucap Miko dramatis.
"Alay, jijik gue. Kenapa jadi bawa pasangan segala sih, udah tahu gue jomblo juga."
Lembayung acuh pada kedua sahabatnya itu, tatapannya kini tertuju pada gadis dengan rambut yang diikat memperlihatkan leher putih jenjangnya, gadis itu nampak kelelahan terlihat dari air keringat yeng membanjiri wajahnya.
"Ga, Jingga!" panggil Senja.
Jingga berhenti karena mendengar panggilan Senja, dilihatnya gadis itu yang tengah menatap seseorang.
"Jingga!" panggil Senja setengah berteriak.
"Ada apa, Senja?" tanya Jingga balik.
"Jingga, semalam gue mimpi apa sih?" Senja menggoyangkan tubuh Jingga membuat Jingga bingung dengan sahabatnya itu.
"Apa sih, Ja? Lo kenapa senang banget sih?" Jingga ikut tersenyum melihat Senja yang meloncat-loncat kegirangan.
"Gue mimpi apa semalam, Ga!" hebohnya.
"Mana gue tahu, kan lo yang mimpi!"
"Lembayung, Ga. Lembayung dari tadi natap gue terus, aaa gue senang banget!"
Jingga ikut tersenyum melihat Senja yang melompat kegirangan, tatapan Jingga kini beralih pada Lembayung. Dan benar saja cowok itu masih menatap Senja, ada perasaan yang lain. Ah, tapi untuk apa Jingga masih mempertahankan perasaan itu? Rasa itu sudah Jingga pastikan hilang semenjak beberapa tahun yang lalu.
Sekarang tatapan mereka bertemu, dilihatnya Lembayung yang kini tengah tersenyum tipis ke arahnya. Buru-buru Jingga menatap Senja lagi.
"Gue mau samperin Lembayung dulu ya!" Jingga mengangguk, menatap punggung Senja yang perlahan menjauh dari pandangannya.
Jingga duduk di tepi lapangan yang jauh dari siswa siswi yang juga tengah olahraga. Jika ditanya alasannya apa? Karena Jingga tak menyukai keramaian, dia juga tak pandai bergaul, bingung harus berbicara apa dengan orang lain. Tak heran jika Jingga hanya mempunyai satu sahabat yaitu Senja, itupun karena mereka sudah kenal sejak kecil jika tidak, mungkin Jingga tidak akan mempunyai sahabat di SMA ini.
Terkadang karena sikapnya yang cuek dan pendiam, Jingga sering dikatakan gadis sombong. Padahal Jingga sangatlah baik, jika mereka mengenalnya lebih dalam tentunya. Berbeda dengan Senja, gadis itu gadis periang, ramah, pandai bergaul sehingga membuatnya masuk ke dalam deretan cewek famous di SMA Pelita.
Tidak jarang Jingga iri pada Senja, karena gadis itu sangat mudah bergaul berbeda dengan dirinya. Tidak jarang juga Jingga sering dibandingkan dengan Senja, entah karena Senja yang lebih cantik atau mengapa Senja bisa berteman bersama Jingga yang biasa-biasa saja? Sungguh, sebenarnya itu sangat menganggu Jingga, dia paling tidak suka jika dibandingkan, hatinya tentu tergores jika dibandingkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
LEMBAYUNG (End)
Ficção AdolescenteKepergianmu banyak mengajarkan hal baru bagiku, cara menghargai, dan betapa berharganya kamu dalam hidupku. Note: siapkan tissue, mojok, dan siap-siap baper!