29. Minta maaf

8.5K 913 241
                                    

Apa kabar??

























Typo bertebaran!!!!!!







































































Kode= K5

Jika orang lain biasa mengapel pada malam minggu, lain hal dengan Lembayung yang bisa mengapel pada malam-malam biasa, tidak harus malam minggu.

Saat ini cowok itu tengah memarkirkan motor besar hitam miliknya, ia melepas helm kemudian berjalan dan mengetuk pintu rumah, tak butuh waktu lama orang yang ia ingin temui memunculkan tubuhnya dari balik pintu.

"Bayung," gumam Jingga.

Lembayung tersenyum manis, meskipun wajahnya di penuhi lebam-lebam tapi itu tak mengurangi kadar ketampanannya.

"Aku bawa martabak." Lembayung menyodorkan dua plastik.

"Banyak banget."

"Buat Om sama Tante juga," ucap Lembayung.

Jingga terdiam sebentar.

"Papa belum pulang, nggak ada orang di rumah selain aku sama bibi. jadi aku nggak bisa ngajak kamu masuk. Kalau duduknya di luar aja nggak apa-apa kan?" tanya Jingga pelan.

"Nggak apa-apa kok, asal sama kamu."

Lembayung mengusap kepala Jingga. Perlakuan Lembayung tadi sukses membuat pipi Jingga merona.

"Duduk dulu ya, aku mau ke dapur dulu."

Jingga melongos pergi menuju dapur, sementara Lembayung duduk di kursi panjang yang berada di taman mini rumah Jingga. Udara malam itu benar-benar dingin, Lembayung tersenyum saat Jingga telah kembali sambil membawa satu piring martabak yang ia beli tadi dengan dua gelas teh hangat.

"Terimakasih," ucap Lembayung.

Jingga mengangguk dan mengambil tempat duduk di samping Lembayung.

Keheningan melanda mereka cukup lama. Jingga menunduk, tangannya sibuk memainkan cangkir tehnya, ia ingin berbicara tapi takut jika Lembayung masih marah padanya, sementara cowok itu asyik sendiri menyeruput teh hangat tersebut.

"Ga, aku minta maaf." akhirnya Lembayung berbicara.

"Buat apa?" tanya Jingga sambil mengangkat pandangannya.

"Soal tragedi aku yang ada acara ngambek kemarin."

"Bukan kamu yang salah, aku juga yang salah. Aku minta maaf."

Lembayung menatap tepat di manik mata Jingga.

"Aku yang minta maaf, harusnya aku bisa ngontrol emosi aku. Maaf aku terbawa emosi, harusnya aku bisa sedikit bersabar," kata Lembayung.

"Aku yang salah Bay. Aku yang terlalu banyak maksa kamu ini dan itu dan kamu iyain aja, tapi saat kamu butuh aku, akunya malah sok-sokan nggak bisa. Maaf."

Lembayung panik sendiri saat melihat air mata menetes membasahi pipi mulus Jingga.

"Eh, jangan nangis dong ntar di kiranya aku ngapa-ngapain kamu lagi. Aku belum siap di suruh tanggung jawab."

Jingga memanyunkan bibirnya. Tangan Lembayung terulur mengusap air mata Jingga.

"Kemarin janjinya apa? kalau aku tepatin janji yang kamu minta, kamu kan nggak bakal nangis. Nah, ini apa? kok malah nangis sih."

LEMBAYUNG (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang