Varel Altezza.
Anak laki laki yang bernama Varel itu sedang berada di gang yang cukup sepi bersama teman temannya. Anak laki laki itu membawa tongkat baseball di punggung kanannya, baju seragam yang harusnya di masukan kini ia keluarkan dari celana abu abu. Begitupun dengan teman temannya.
Di depan mereka, ada segerombolan murid yang juga berpenampilan sama seperti mereka. Tetapi, berbeda sekolah.
“SERANG!!!”
Varel dan pasukannya berlari maju, melawan musuh mereka yang ada di hadapannya.
“SERANG!!”
Teriak Dio musuh Varel. Mereka sama sama berlari, kemudian terjadilah aksi baku hantam antar dua sekolah tersebut.
Tidak lama kemudian, terdengar suara sirine polisi. Mereka semua menghentikan pergerakannya.
“CABUT GUYS!”
Varel dan pasukannya meninggalkan lokasi kejadian begitupun dengan Dio dkk.
Varel, Ervan dan Adit terus berlari. Sedangkan sisanya entah pergi kemana, yang jelas mereka menyelamatkan diri sendiri.
“BERHENTI DI SITU!” teriak polisi yang mengejar mereka bertiga.
“Woy! Sembunyi!” Varel memberi aba-aba untuk bersembunyi di balik dinding rumah warga.
“Cepet ganti!”
Beruntungnya mereka memakai baju dan celana doble untuk berjaga jaga. Mereka segera melepas seragam putih abu-abu, lalu menggantinya dengan pakaian biasa.
“Aman bro!” kata Ervan.
Mereka keluar dari tempat persembunyian, dan tak lama kedua polisi itu datang sambil berlari.
Kedua polisi itu berhenti di depan Varel, Ervan dan Adit dengan nafas yang terengah-engah.
“Pak Polisi nyari anak SMA ya?” kata Ervan basa basi.
“Kamu lihat mereka?” tanya salah satu polisi itu.
Varel, Ervan dan Adit mengangguk bersamaan.
“Kemana?”
“Ke sana!”
Varel menunjuk ke arah kanan, Ervan menunjuk ke arah kiri, sedangkan Adit menunjuk lurus ke depan.
Kedua polisi itu mengerutkan dahinya bingung.
Varel menatap Ervan dan Adit secara bergantian. Begitupun juga dengan mereka berdua.
“Kemana?” tanya mereka berdua sekali lagi.
“Ke sana!”
Kali ini Varel menunjuk lurus, Ervan ke kiri, sedangkan Adit ke kanan.
“Kalian sebenernya ngeliat mereka nggak sih?” tanya Pak Polisi itu meyakinkan.
“Maaf pak. Sebenernya temen saya nggak liat, mereka cuma ikut ikutan saya doang.” Varel menginjak kaki Ervan dan Adit. “Iya kan?!” tanya Varel kepada Ervan dan Adit.
Mereka berdua mengangguk dan tersenyum kikuk.
“Jadi, mereka pergi ke arah mana?”
“Ke arah sana pak.” Varel menunjuk ke arah kanan.
“Terimakasih, kalau begitu kami pamit.”
“Sama sama pak.” Varel dan kedua temannya tersenyum. “Semoga ketemu ya pak.”
Setelah polisi itu benar benar sudah pergi, Ervan dan Adit terpekik menyentuh kakinya yang merasa sakit karena di injak oleh Varel.
“Cabut man!”
Mereka bertiga kembali berlari dengan perlahan, mengingat kalau kaki Ervan dan Adit sedang sakit karena di injak oleh Varel yang gada akhlak:v
***
Assalamu'alaikum wr. wb.
Hi! Everyone!
Maaf kalo ada typo, penulisan EYD salah, persamaan nama tempat, tokoh dan kejadian mohon du maafkan karena itu adalah kejadian yang tidak di sengaja:'))
Jangan bosen baca ceritaku ini guys:')
Cerita pertama ya guys:')Vote dan comment:'))
KAMU SEDANG MEMBACA
RELEASE [Completed]✔✔
Teen Fiction[Kalau CHAPTER-nya gak ada berarti ceritanya diprivate, Follow dulu baru bisa baca] *** Terkadang, seseorang memang harus melepaskan dan mengikhlaskan sebuah kejadian masa lalu demi berjalannya kehidupan selanjutnya. Dan aku percaya tentang kita. ...