21. Rumah sakit.

252 26 4
                                    

Hi! Everyone!

Happy reading!:)

***

Bugh!

Sebuah bogeman keras mendarat di rahang anak laki laki itu. Tubuhnya tersungkur ke tanah, dan sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.

Hana bernafas lega. Ia masih memejamkan matanya, mencoba untuk tidak melihat adegan di depannya, yang mampu membuat bulu kuduknya berdiri.

“Lo kalo mau bales dendam langsung ke gue aja! Gak usah bawa-bawa dia!”

Varel.

Wajahnya merah padam karena emosi yang melunjak, kedua tangan kekarnya mencengkram kuat kera seragam anak laki laki di bawahnya.

“Dia pacar lo ya?” belum puas juga. Dia masih memancing emosi Varel, senyum devilnya masih menghiasi wajah anak laki laki itu.

“Dio anjing!”

Yap! Dia adalah Dio. Musuh Varel.

Varel memukul wajah Dio dengan bruntal. Mungkin, kini Dio sudah tidak bisa bergerak.

“To-tolong.”

Varel mengalihkan padangannya, Varel mendengar suara parau Hana. Hana menyenderkan dirinya di badan mobil, tubuhnya lemas dan wajahnya sangat pucat. Kakinya tidak bisa menopang tubuhnya terlalu lama, dan akhirnya.

Bruk

Hana terjatuh. Bukan di tanah, melainkan di pelukan Varel.

“Na.” Varel menepuk pipi Hana beberapa kali. Tapi Hana belum juga bangun. Varel menggendong Hana ala bridal style. Varel mendudukan Hana di kursi samping pengemudi, dan menidurkan Pak Udin di kursi penumpang. Varel membawa mereka berdua ke rumah sakit terdekat.

🐰🐰

Varel duduk di ruang tunggu. Sudah lebih dari dua puluh menit ia menunggu, tapi dokter dan suster belum keluar dari ruangan Hana dan Pak Udin.

Varel mengepalkan tangannya kuat. Mengapa Dio bisa berpikir kalau Hana adalah pacarnya? Dan kenapa dia harus melakukannya kepada Hana? Kenapa tidak pada Liona saja? Sungguh! Varel tidak habis pikir dengan jalan pikiran Dio.

Seorang wanita paruh baya keluar dari rungan Hana. Varel yakin, kalau itu adalah dokter. Ia berdiri dan menghampiri wanita itu.

“Dokter.”

Wanita itu menoleh. “Iya? Apa ada yang bisa saya bantu?”

Varel menggaruk tengkuknya. “Bagaimana keadaan Hana dan Pak Udin?”

“Mereka baik-baik saja. Apa kamu keluarga pasien?”

“Bukan dok. Saya yang bawa mereka berdua kesini.”

Dokter itu mengangguk mengerti. “Pak Udin hanya mengalami luka ringan. Sedangkan Hana, dia mengalami syok karena kejadian yang di alaminya dan...”

Varel mengerutkan dahinya. “Dan?”

“Ada kendala lain. Saya tidak bisa memberitahu kamu, tolong secepat nya hubungi keluarga pasien.”

“Tapi saya nggak tau keluarga mereka dok.”

“Kalau begitu hubungi kerabat terdekatnya.”

“Saya nggak punya nomernya.”

“Apa handphone pasien ada di kamu?”

“Ngga.”

“Kalau begitu, kita harus menunggu sampai pasien siuman.”

RELEASE [Completed]✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang