Selangkah, atau dua langkah lagi ya ending nya?
Kalo mau tau, langsung baca aja ya wkwk:v
Happy reading<3
***
Varel, Ervan, Adit dan Cindy sedang berkumpul di taman belakang sekolah. Mereka masih merasa kehilangan, karena kepergian Hana satu minggu yang lalu. Masing-masing dari mereka membawa surat yang berisikan pesan dari Hana.
“Kalian belum baca pesan dari Hana?” Cindy menatap Varel, Ervan dan Adit secara bergantian. Mereka menggeleng secara bersamaan. “Kenapa belum di baca?”
“Gue masih merasa kehilangan. Gue juga belum sanggup baca tulisan dia.” kata Ervan sambil menunduk.
“Kita baca bareng-bareng aja.” ajak Cindy.
Tiba-tiba, petikan dari gitar Varel berbunyi. Semua beralih menatap Varel yang tengah memetik senar gitar.
“Gue nyanyi, kalian baca.” kata Varel tanpa mengalihkan pandangannya dari gitar.
Mereka mengangguk bersama. Cindy dan yang lainnya mulai membuka kertas berwarna putih tersebut, lalu membacanya dengan penuh penghayatan. Petikan gitar menjadi sangat lirih.
“So...”
“Before you go...”
“Was there something i could've said...”
“To make your heart beat better?...”
“If only i'd have known you had a storm to weather...”
“So...”
“Before you go...”
“Was there something i could've said...”
“To make it all stop hurting?...”
“It kills me...”
“How your mind could make feel, so wothless...”
“So...”
“Before you go.”
Air mata Cindy mulai turun, ingatannya kembali pada sosok gadis yang telah tiada meninggalkan bumi dan seisinya. Pesan yang Hana tulis untuknya sangat menyentuh hati, di tambah lagi dengan Varel yang menyanyikan lagu 'Before you go' milik Lewis Capaldi yang memiliki arti sangat dalam.
“Udah, Cin. Lo gak boleh nangis terus.” kata Adit menenangkan Cindy yang tengah terisak.
Cindy mengangguk. “Sorry.”
“Sekarang giliran lo yang baca surat dari Hana, Rel.” suruh Ervan menatap sahabatnya.
“Gue baca di rumah aja.” tolak Varel.
“Bulit, anjir!” Ervan menunjuk.
Varel menjulurkan lidahnya. “Bodo amat, emang gue peduli!”
“Ayolah, Rel!” Cindy merengek.
“Oke!”
Varel meletakkan gitar di sebelahnya. Ia merogoh saku celana, lalu mengambil sebuah kertas berwarna putih.
Varel menarik nafas dalam, ia melirik teman-temannya yang tengah memperhatikannya.
“Nungguin yaa.” Varel tersenyum jail ke arah mereka.
Cindy berdecak. “Banyak macem, banyak acara lo! Sini, biar gue aja yang baca!” Cindy hendak mengambil kertas putih dari tangan Varel, tapi Varel segera menyembunyikan kertas itu di belakang tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RELEASE [Completed]✔✔
Teen Fiction[Kalau CHAPTER-nya gak ada berarti ceritanya diprivate, Follow dulu baru bisa baca] *** Terkadang, seseorang memang harus melepaskan dan mengikhlaskan sebuah kejadian masa lalu demi berjalannya kehidupan selanjutnya. Dan aku percaya tentang kita. ...