Happy reading!
Enjoy aja bacanya<3
___________________
Sudah lima belas menit Hana menunggu Ana di halte depan sekolahnya, tapi Hana belum juga melihat batang hidung dari Ana. Ia mendesah berat, entah keberapa kalinya ia mendesah karena lelah menunggu. Dari kejauhan, tampak Tyas yang sedang berjalan ke arahnya dengan tatapan yang sulit untuk di artikan. Tyas berhenti tepat di depan Hana duduk, tatapan Hana tidak lepas dari sosok Tyas yang mulai menatapnya tidak suka.
“Dasar penghianat!” tatapan Tyas tajam, di sertai dengan dengusan kecil.
Hana mengernyit. Ia berdiri dari duduknya, dan menatap aneh Tyas. “Maksud lo apa?”
Tyas mendengus geli. “Jawab yang jujur.” kali ini, wajah Tyas tampak sangat menyeramkan. “Kamu sebenernya suka, kan sama Varel?”
Hana masih menatap Tyas dengan dahi yang berkerut. “Kalo gue suka kenapa? Terus, kalo gue gak suka kenapa?” Hana memberi jeda pada kalimatnya. “Emang gue harus laporan ke lo tentang perasaan gue ke Varel? Enggak, kan.”
Tyas terkekeh geli. Apakah kalimat Hana terdengar lucu baginya? Tyas kembali menatap Hana remeh. “Kamu lupa ya, kalo kamu pernah bilang, bakal bantuin aku deket sama Varel. Tapi buktinya mana? Kamu menang sendiri aja.” Tyas bersedekap. “Sekarang kamu seneng, kan, bisa dapetin hatinya Varel?! Kamu puas sekarang!” Tyas mendorong bahu Hana.
“Tyas!”
“Apa?!” sahut Tyas cepat. “Gak terima, ha? Baru di gituin kamu udah gak terima! Gimana sama aku, yang selalu dapet sikap gak adil dari Liona sama Varel. Bukan cuma mereka berdua, tapi satu sekolah gak pernah bersikap adil sama aku!”
Tiba-tiba, tubuh Tyas di balikkan oleh seseorang. Reflek, Tyas langsung berbalik dengan wajah terkejut.
Plak!
Liona menampar wajah Tyas dengan nafas memburu. Hana membulatkan matanya, ia hanya bisa terdiam melihat Tyas di tampar oleh Liona. Mungkin gadis itu pantas mendapatkannya.
Tyas menyentuh pipi kirinya yang terasa sangat panas. Ia menatap Liona kesal.
“Ngapain lo liat gue kek gitu?! Gak suka?!” Liona menjambak rambut bagian belakang Tyas. Sehingga gadis itu kepalanya sedikit mendongak. “Lo sekarang belagu, ya! Dasar miskin!” Liona menghempas kasar tubuh Tyas.
Tyas jatuh tersungkur. Tyas terlihat lemah jika berhadapan dengan Liona, tapi mengapa jika bersama Hana, Tyas menjadi sangat berani dan belagu.
Liona berdiri di hadapan Tyas yang masih terduduk lemah. “Kalo miskin, gak usah belagu! Sok-sokan mau jadi tukang bully!” Liona mengalihkan tatapannya pada Hana. Gadis itu masih diam menyaksikan, Hana tidak menolong Tyas seperti yang pernah ia lakukan saat di gang. “Lo gak mau bantuin dia?” Liona menunjuk Tyas menggunakan dagunya.
Hana melirik Tyas. Gadis itu sama sekali tidak melirik Hana. Hana hanya bisa membuang nafas gusar, jika ia tidak menolong Tyas, Hana akan terus merasa bersalah. Dan, jika Hana menolong Tyas, Hana rasa Tyas tidak akan mendapatkan pelajaran yang setimpal. Akhir-akhir ini Tyas terus memojokannya, membuat Hana sedikit geram akan kelakuan teman lamanya.
“Oke! Berarti lo terima dong, kalo si cupu gue bully.” Hana masih terdiam menatap Tyas. “Kalo lo diem, gue anggep, iya.”
“Terserah.” kata Hana sambil menunduk. “Lo mau ngapain dia, gue gak peduli.”
Liona tersenyum puas. Tatapannya kembali pada Tyas yang masih tidak berkutik. Liona berjongkok tepat di hadapan Tyas.
“Lo gak sadar, kalo dia lebih kaya dari pada lo!” Liona menonyor kasar kepala Tyas. “Bahkan dia aja udah bosen temenan sama orang miskin, macem lo. Orang kaya, sama orang miskin itu, beda dunia!” Liona terkekeh dengan kalimatnya sendiri. “Gue lupa, kalo orang miskin, kan, gak punya dunia. Mereka cuma numpang. Tapi, gue heran, kenapa ada orang miskin yang modelnya kek lo! Belagu, sok-sokan, gak punya etika! Biadab, sok cantik!” Liona terus-terusan menonyor kepala Tyas kasar. Sampai tubuh gadis itu hampir terjengkang kebelakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RELEASE [Completed]✔✔
Teen Fiction[Kalau CHAPTER-nya gak ada berarti ceritanya diprivate, Follow dulu baru bisa baca] *** Terkadang, seseorang memang harus melepaskan dan mengikhlaskan sebuah kejadian masa lalu demi berjalannya kehidupan selanjutnya. Dan aku percaya tentang kita. ...