51. Wafat.

328 20 5
                                    

Happy reading:)

MAAF KALO BANYAK TYPO, KARENA BELUM DI REVISI!!

Menuju ending guys<3

***

Mata Hana perlahan membuka, ia berkedip beberapa kali. Lalu menoleh ke samping kanan. Di sana ada omah, Ana dan juga Cindy yang sedang duduk di sofa.

“Varel...” lirih Hana.

Omah, Ana dan Cindy segera berdiri lalu menghampiri Hana. Mereka terdiam, menatap Hana sedih.

“Gimana keadaan Varel?” Hana menatap Cindy penuh tanya.

Cindy menunduk dalam. Hana bisa melihat bekas air mata di sudut mata Cindy.

“Cindy, jawab!”

Tubuh Cindy bergetar, isakan mulai terdengar memenuhi ruangan. Hana menatap lekat wajah Cindy.

“Cin-

“Varel butuh Transplantasi hati!” rasanya Cindy tidak sanggup mengatakan hal ini. Tubuh Cindy bergetar kuat. “Gue gak tau harus gimana, Na. Kalo gak ada sumbangan hati, Varel bisa...” Cindy tidak bisa melanjutkan kalimat itu. Omah dan Ana meneteskan air matanya.

Hana terdiam cukup lama. Hidup Varel dalam bahaya, satu-satunya cara adalah Hana harus mendonorkan hatinya untuk Varel. Lagi pula, hidup Hana sudah tidak bertahan lama. Hana harus menyelamatkan Varel. Hana menatap Ana, kemudian menggenggam erat tangan ibunya.

“Mah... Hana mau nyumbangin hati Hana buat Varel.” lirih Hana bersaaman dengan senyum tipis.

Omah, Ana dan Cindy langsung menatap Hana terkejut. Mereka terdiam, berusaha mencerna kalimat yang Hana ucapkan.

“Maksud kamu apa!” tubuh Ana bergetar. “Kamu jangan gila, Hana!”

“Mamah...” Hana mengusap lembut tempurung tangan Ana. “... Hidup Hana gak akan lama lagi. Jantung Hana lemah, tapi hati Hana enggak. Lebih baik hati milik Hana, di transplantasi untuk Varel. Dia yang lebih membutuhkan.”

Ana menggeleng lirih. Air matanya terus berderai tanpa henti. “Hana...”

“Mamah mau, kan Hana bahagia?” Ana mengangguk lemah. “Jangan cegah Hana buat melakukan hal baik, mah. Kita harus mengorbankan satu, demi mendapat seribu.”

Omah membelai pucuk kepala Hana. “Omah setuju dengan tindakan kamu.” kata omah dengan bibir bergetar. “Cepat atau lambat, semuanya akan terjadi.”

“Makasih, omah.” kata Hana sambil tersenyum. Hana beralih menatap Ana yang masih terisak. “Mah... Tolong...”

Ana mengangguk lirih, ia juga menginginkan putrinya bahagia. Sudah cukup Hana menderita di dunia karena ulah nya.

Hana tersenyum hangat, air matanya menetes dari sudut matanya. “Makasih.”

“Hana!” Cindy langsung memeluk tubuh Hana. Walaupun dalam keadaan berbaring, Cindy tetap memeluknya dengan erat. “Gue bakal kangen banget sama lo...” Cindy mulai meraung.

Hana ikut menangis karena raungan Cindy. Hana membalas pelukan Cindy tak kalah erat, tubuhnya bergetar hebat. Omah dan Ana menangis, omah menepuk punggung Ana agar sedikit lebih tabah menghadapi keadaan ini.

“G-gue minta maaf kalo punya salah.” kata Hana dengan nafas tersenggal.

Cindy melepaskan pelukannya, lalu mencoba menetralkan nafasnya.

“Omah akan urus semuanya.”

Keadaan kembali hening.

“Omah, Ana, Cindy tolong keluar dulu, ya. Hana mau sendiri.” Hana menatap satu persatu.

RELEASE [Completed]✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang