Hi! Everyone!
Happy reading<3
BUDAYA KAN VOTMEN, DAN FLLW DULU SEBELUM MEMBACA GUYS
ENJOY AJA BACA NYA, OKE!
***
Brug brug brug!
Hana memukul pintu dengan tidak santai. Beberapa orang lelaki mendekat ke arah pintu tanpa berniat membuka pintunya.
“Gue kebelet! Mau BAB!” teriak Hana dari dalam ruangan.
Kedua anak lelaki itu saling berpandangan. “Tahan!” kata salah satunya.
“Lo tolol, atau bego sih?! Namanya juga kebelet, ya pasti gak bisa di tahan!” kesal Hana.
“Gali aja tanahnya, baru deh lo BAB di situ.” ejek anak lelaki itu.
“Cepetan! Lo mau di marahin sama si brengsek itu?! Nggak, kan?” Hana tersenyum kecil.
“Oke!”
Akhirnya, Hana bisa bebas dari ruangan kumuh ini. Ia memundurkan dirinya, menunggu pintu tua itu terbuka lebar.
Kreek
Pintunya sudah terbuka, menampilkan dua orang lelaki yang mengenakan pakaian serba hitam. Mirip malaikat pencabut nyaman oy, eh salah:v
Kedua lelaki itu terkejut, saat mereka tau kalau tangan dan kaki Hana tidak di ikat. Begitu juga dengan Hana, karena pemandangan yang pertama kali ia lihat hanyalah pepohonan yang rindang dan suasana alam yang asri. Dimana dia sebenarnya?
“Lo ngelepasin talinya?! Mau kabur ya!” salah satu anak lelaki itu menunjuk Hana.
“Bego! Gue kebelet, cepetan. Siapa juga sih yang gak mau kabur dari tempat kek gini!” Hana bergidik ngeri saat melihat sekeliling ruangan. “Pilih tempat yang bagusan dikit kek! Oneng banget sih!”
Kedua anak lelaki itu mengernyit. “Lo ngatain kita bego?”
“Iya!” ketus Hana. “Sekali lagi lo nanya ke gue, tai gue bakal muncrat ke muka lo!”
“Iya-iya!”
Kedua anak lelaki itu kembali mengikat kedua tangan Hana. Mereka menuntun Hana jauh dari markas mereka, karena mereka pasti tau, kalau aroma kotoran itu sangat menjijikan. Lima menit berjalan, Hana dan dua lelaki itu berhenti di sebuah semak-semak.
“Sana!” salah satunya mendorong keras bahu Hana.
Hana melotot. “Lo nyuruh gue BAB di sini?!” keduanya mengangguk. “Lo gak tau aroma tai gue kayak apa?! Dari sini, bisa kecium sampe markas kalian! Jadi, yang agak jauhan deh tempatnya!”
“Lo mau kabur?”
Hana berdecak sambil memutar bola mata jengah. “Lo mau gue ledakin bom nya di sini?”
Kedua anak lelaki itu mengerti apa yang di maksud dengan 'bom'. Mereka akhirnya pasrah dan mengikuti arah kemanapun yang Hana inginkan. Setelah menemukan tempat yang cukup aman, mereka berhenti.
“Situ aja.”
Hana menggeleng. “Gue gak mau! Gue, mau tempat yang lebih jauh dari markas kalian.”
“Terus dimana?!”
“Ayo jalan lagi.”
Hana tersenyum miring, saat kedua anak lelaki ini mengikuti perintah Hana. Oke, ini tempat yang ketiga kalinya mereka berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
RELEASE [Completed]✔✔
Teen Fiction[Kalau CHAPTER-nya gak ada berarti ceritanya diprivate, Follow dulu baru bisa baca] *** Terkadang, seseorang memang harus melepaskan dan mengikhlaskan sebuah kejadian masa lalu demi berjalannya kehidupan selanjutnya. Dan aku percaya tentang kita. ...