Hi! Everyone!
Happy reading:')
***
Hari ini adalah hari pertama Hana bersekolah di SMA Medita. Sebenarnya ia sangat kesal, karena harus pindah sekolah tanpa ada alasan yang jelas.
Hana berjalan di koridor bersama Pak Budi, guru yang akan menjadi wali kelasnya. Sejujurnya, sekolah ini lebih besar di bandingkan sekolahnya yang dulu.
Sesampainya mereka di luar kelas, Pak Budi menyuruh Hana untuk menunggu di luar kelas, sedangkan Pak Budi masuk terlebih dahulu. Hana hanya mengangguk menanggapi perintah Pak Budi.
“Assalamu'alaikum anak anak!”
“Wa'alaikumussalam.”
Pak Budi melihat bola kertas berserakan dimana-mana. Suasana kelas sangat ricuh, meskipun Pak Budi sudah masuk ke dalam kelas mereka.
“Mohon tenang anak anak!” Pak Budi sedikit memukul meja dengan telapak tangannya.
“Woy! Ada Pak Budi!” teriak Iyan sebagai ketua murid.
Suasananya mulai tenang, mereka akhirnya diam. Pak Budi tersenyum tipis, ia harus sabar setiap kali harus masuk atau mengajar di kelasnya ini.
“Bapak mau menyampaikan sesuatu.”
“Bukannya hari ini nggak ada pelajaran Pak Budi ya? Nggak usah repot repot ngajar di kelas kita pak.” kata Varel dengan santainya berkata seperti itu.
“Bapak bukan ingin menyampaikan materi pelajaran. Tetapi bapak ingin memberitahu kalau kelas kita kedatangan murid baru.” kata Pak Budi to the point kepada anak anaknya yang menyebalkan.
Suasana ricuh kembali membuat Pak Budi menggeleng gelengkan kepalanya.
“Hana! Masuk!” teriak Pak Budi.
Hana mulai masuk ke dalam kelas XII Ipa-3. Berbagai tatapan tertuju kepada Hana, sedangkan Hana hanya menunduk malu.
“Nama saya Hana Angelin.”
Hana hanya memberitahu namanya saja. Ia tidak akan berbicara terlalu jauh, seperti alasan kenapa Hana pindah sekolah dan darimana Hana bersekolah sebelumnya.
“Oke Hana. Kamu boleh duduk di belakang tyas.” Pak Budi menunjuk seorang gadis berkaca mata tebal.
“Makasih pak.”
Hana beranjak ke kursi yang di tunjukan oleh Pak Budi. Di belakang Tyas.
“Kalau begitu, bapak pamit. Jam pertama, mata pelajaran Matematika kan? Nanti bapak akan sampaikan ke Bu Titin agar segera masuk ke kelas ini. Terimakasih.”
“Pak! Gausah di panggil!” teriak Ervan dari belakang.
Pak Budi mengerutkan dahinya.
“Kenapa?”
“Saya lagi males belajar matematika pak.” Ervan menjawab dengan nada tenang dan santai.
“Saya juga!” Varel mendukung kalimat Ervan dengan mengangkat tangannya.
“Me too!” begitu juga dengan Adit.
“Kalian pelajar! Masa iya males belajar! Udahlah, permisi!”
Pak Budi langsung keluar dari kelas XII Ipa-3 karena dia sudah berasa kesal.
“Hahaha, guru nya baperan!” ejek Varel dengan tawa renyah.
Hana yang mendengar perbicaraan antara Varel, Ervan, Adit dan Pak Budi tadi, menurutnya mereka sangat tidak sopan. Apakah pantas seorang pelajar berbicara seperti itu kepada gurunya? Sangat tidak wajar untuk orang yang normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
RELEASE [Completed]✔✔
Teen Fiction[Kalau CHAPTER-nya gak ada berarti ceritanya diprivate, Follow dulu baru bisa baca] *** Terkadang, seseorang memang harus melepaskan dan mengikhlaskan sebuah kejadian masa lalu demi berjalannya kehidupan selanjutnya. Dan aku percaya tentang kita. ...