13. I want

285 49 4
                                    

Hi! Everyone!

Happy reading!:)

***

“MAMAH!”

Hana melihat Ana yang terkapar di lantai kamar mandi dengan keadaan menggigil dengan wajahnya yang pucat. Hana membantu Ana berdiri dan menuntunnya menuju kamar. Hana mendudukan Ana di kursi yang terletak di samping ranjang. Hana mengambil sebuah selimut tebal, lalu melilitkannya di tubuh Ana.

Hana duduk di samping Ana. “Mamah kenapa bisa kayak gini?” tanya Hana dengan tatapan khawatir.

Ana masih belum bisa menjawab, tubuhnya membeku dan wajahnya sangat pucat. Hana tidak tega melihat ibunya seperti ini.

“Hana bikinin teh panas ya. Mamah disini aja” Hana berdiri dan beranjak pergi.

Beberapa menit kemudian, ia kembali membawa teh panas. Hana meletakkan teh itu di atas meja.

“Mah. Kenapa mamah bisa ke kunci di kamar mandi?” tanya Hana.

“P-papah kamu...” Ana mengambil nafas sejenak. “Dia... Baru dateng, langsung marah sama mamah”

Hana mengepalkan tangannya. Tio sangat kasar pada Ana dan Hana, lagi.

“Mamah tau nggak, kenapa papah bisa marah?”

Ana menoleh dengan lemah dan menatap sayu Hana. “Kamu”

Hana mengerutkan dahinya. “Hana?”

Ana mengangguk lemah. “Kamu ngelakuin apa? Sampe buat papah marah besar sama kita?”

Hana tidak menyangka, kalau Ana yang akan menjadi imbas dari perbuatannya. Ia bangkit dari duduknya, menarik nafas sedalam dalamnya dan membuangnya perlahan.

“Mah! Hana kesel sama papah!” Hana meluapkan kekesalannya. “Papah berusaha menggeser posisi mamah dan yang bakal ngisi posisi itu adalah Tante Ratih! Hana nggak terima, posisi mamah di ganti sama wanita kayak Tante Ratih! Hana benci siapapun yang berani ngegantiin posisi mamah! Hana nggak suka mah!” bibir Hana mulai bergetar menahan isak tangis.

“Hana, kamu nggak boleh bicara kayak gitu sayang. Tante Ratih itu orangnya baik, dia-

“Tetep aja mah! Hana nggak suka! Dia tau, kalau papah masih punya mamah. Tapi dia dengan seenak jidat masuk ke kehidupan papah!”

“Hana, mungkin dia-

“Mamah tuh kenapa sih?! Mamah kenapa nggak bisa liat sisi buruk mereka?! Tante Ratih jelas mau ngehancurin rumah tangga mamah sama papah. Tapi kenapa mamah masih bisa maklumin dia?! Hana bingung sama jalan pikiran mamah!”

“Rumah tangga kita, memang sudah hancur Hana” Ana tersenyum tipis, tatapan matanya sangat sayu.

Hana menatap Ana, begitu juga Ana. Hana bisa melihat tatapan sayu Ana, yang di tunjukan untuknya.

“Mamah istirahat aja. Hana juga mau istirahat” Hana mengalihkan pandangannya dan beranjak keluar dari kamar.

“Hana”

Hana menghentikan langkahnya, ia mencoba untuk tidak mengeluarkan air mata. Hana berbalik menatap tanya ke arah Ana.

“Hm”

“Ada saat nya kita diam, bukan berarti kita takut. Orang diam adalah bom yang bisa menghancurkan seseorang, di setiap waktu”

Hana menatap Ana dengan tatapan sayu. Perkataan Ana ada benarnya. Karena, orang diam, dia tidak selamanya akan diam.

“Terus? Bom nya kapan meledak?”

“Kapan pun itu. Dia cuma nunggu waktu yang tepat” Hana hanya menatap datar Ana. Ia sangat lelah jika harus berdebat dengan Ana.

RELEASE [Completed]✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang