Hi! Everyone!
Happy reading!
***
“Naik, Na.” Varel menekankan dua kata itu, begitu juga dengan sorot mata yang tajam.
“Nggak, Rel! Gue nggak mau!”
“Neng Hana.” panggil Pak Udin dari sisi lain.
Hana menoleh ke sumber suara. “Iya pak.” Hana menatap Varel dari bawah sampai atas.
“Bye!”
Hana beranjak pergi meninggalkan Varel. “Na! Lo nggak mau di anter sama cogan?!”
“Nggak!” jawab Hana tanpa berbalik.
Varel terus menatap punggung Hana yang menjauh dan mulai menghilang dari pandangan mata Varel.
Varel berkacak pinggang. “Makasih atau apa gitu?! Gue gendong lo dari lantai dua sampe parkiran, elo kira gue nggak cape?!” Varel mulai mengoceh kesal.
Varel menunggangi kuda besi nya. Ia melesat pergi dari halaman sekolah SMA.
🐰🐰
Suasana di dalam mobil sangat sunyi dan tenang. Lantunan lagu yang berjudul 'Surrender' mampu mewakili perasaan Hana saat ini. Hari ini sangat menjengkelkan bagi Hana, kenapa Varel selalu muncul di hadapannya. Kenapa harus Varel? Hana membuang nafas gusar, ia melepaskan karet rambutnya dan mulai menggerainya. Rambut Hana sangat indah, bagaikan Rapunzel yang memiliki rambut panjang yang indah, wajah cantik dan kehidupan yang cukup menyedihkan. Apa Hana adalah Rapunzel di kehidupan nyata? Sepertinya Hana tidak menginginkan itu.
Criiit
Pak Udin tiba-tiba menginjak rem mobil, sehingga tubuh Hana terhuyung ke depan. Hana tercekat, hampir saja.
“Pak, ada apa?!” tanya Hana panik.
“Sepertinya ada begal mobil, neng.” kata Pak Udin tak kalah panik.
Hana membulatkan matanya. “Siang bolong gini ada begal?! Yang bener aja pak!”
Pak Udin mengangguk. “Tuh, Neng Hana bisa liat.” Pak Udin menunjuk arah depan mobilnya.
Hana mengikuti arah tunjuk Pak Udin. Hana melihat seorang anak laki laki mengenakan seragam SMA dengan kancing yang terbuka. sehingga menampilkan kaos putih polos di dalamnya. Hana tidak bisa mengenali wajah anak laki laki itu, karena helm full face yang di kenakan oleh anak laki laki itu.
Anak laki laki itu berjalan menuju arah mobil yang di naiki oleh Hana.
Tok tok tok
Dia mengetuk kaca mobil Pak Udin. “Turun!” suruh nya.
“Pak! Jangan!” cegah Hana.
Brak!
“Turun!”
Sepertinya dia mendengar ucapan Hana. Dia kesal, karena Pak Udin belum juga turun. Dan lagi, Hana mencegah Pak Udin untuk turun. Suasana di sekitar sini sangat sepi dan jarang di lalui oleh orang.
“Neng, Pak Udin lebih baik turun aja. Neng Hana tunggu di mobil, kalau terjadi sesuatu telfon polisi ya.” saran Pak Udin.
Hana menggeleng kuat. “Nggak pak! Pak Udin jangan turun!”
Brak!
“Lo budek?!
“Saya turun!” teriak Pak Udin.
Jantung Hana berdetak dua kali lebih cepat, tangan dan kakinya bergetar kuat karena takut.
“Neng, kunci semua pintu ya.” Hana mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
RELEASE [Completed]✔✔
Teen Fiction[Kalau CHAPTER-nya gak ada berarti ceritanya diprivate, Follow dulu baru bisa baca] *** Terkadang, seseorang memang harus melepaskan dan mengikhlaskan sebuah kejadian masa lalu demi berjalannya kehidupan selanjutnya. Dan aku percaya tentang kita. ...