43. Tired.

180 19 5
                                    

Hi! Everyone!

BUDAYA KAN VOTE DAN FLLW SBLM MEMBACA!!
BELUM DI REVISI, JADI MAAPKAN KALO ADA TYPO.

Hapy reading<3

***

Malam ini, Hana sudah di perbolehkan pulang. Bagaimana dengan Ervan? Cowok itu sudah pulang tadi pagi mendahului Hana. Sebenernya Hana juga ingin pulang pagi hari bersama Ervan, tapi Dokter menyarankan untuk pulang ke rumah malam hari. Hana sudah merengek untuk di pulangkan, tapi omah bersikukuh agar Hana menuruti saran Dokter. Jadilah Hana pulang malam hari.

“Nana, ayo.” ajak omah.

Hana berdiri dari ranjangnya. Omah berjalan lebih dulu, meninggalkan Hana yang masih menatap bangsal yang pernah ia tempati. Hana menatap sendu ranjangnya. Ternyata, orang yang ia tunggu tidak datang, mungkin dia tidak tau. Padahal Hana sangat berharap dia akan datang.

Hana berlari kecil menghampiri omah. “Omah, papah udah tau keadaan Nana belum?”

Omah terus berjalan. “Ibumu udah memberitahu Tio, kalau kamu sedang di rawat karena kasus penculikan.”

Hana terdiam sejenak. “Terus, respon papah gimana?”

“Gak di balas. Dia cuma membaca tanpa membalas.”

Hana menghentikan langkahnya. Ia mendesah kecewa, apa se-tidak penting itukah hidupnya?

“Omah, Nana ada urusan. Omah pulang duluan aja ya, Nana mau nemuin orang dulu. Dah, omah!” Hana langsung berlari.

Omah menatap kesal punggung Hana yang berlari menjauh. Gadis itu baru saja sembuh, tapi dia sudah ada urusan lain yang lebih penting dari kondisinya saat ini. Kepolisian belum menemukan dalang dari kasus penculikan Hana beberapa hari yang lalu. Tentu saja itu membuat omah dan Ana khawatir, jika terjadi sesuatu pada Hana lagi, mereka akan menyalahkan diri sendiri karena tidak menjaga Hana dengan baik. Omah sempat pingsan saat Ana mengabarinya, kalau Hana di bawa oleh seseorang menggunakan mobil yang menurutnya asing. Ana mengetahui semuanya, karena Varel membajak semua CCTV jalan, yang di lewati oleh mobil itu.

Hana menghentikan sebuah taxi, lalu menaiki taxi tersebut. Hana menggunakan pakaian tidur panjang, sandal swallow, dan rambutnya ia kuncir ke bawah. Penampilannya sangat sederhana, tapi wajah Hana mampu menarik beberapa pasang mata.

Beberapa menit berlalu, kini Hana sudah sampai di tempat tujuannya. Jantungnya berdetak lebih kencang, senyumnya mengembang sampai matanya sedikit menyipit. Hana berjalan masuk ke dalam rumah yang pernah ia tempati bersama Ana, Tio dan dirinya. Suasananya tampak  sunyi dan tenang. Wajar saja, karena semua pekerja di rumah ini mengundurkan diri. Pasalnya mereka tidak melayani siapapun di rumah ini, mereka tidak mau memakan gaji buta. Jadi, mereka memutuskan untuk berhenti. Termasuk Pak Udin.

Hana mencari keberadaan Tio di sekitar rumah dan di dalam rumah. Tapi, Hana tidak menemukan Tio sama sekali. Ia menepuk jidat nya, ketika ia baru menyadari kalau Hana tidak menemukan mobil Tio di garasi. Hana kembali keluar. Saat ia membuka kedua pintu dengan lebar, cahaya dari lampu mobil menyorot dirinya. Senyumnya mengembang lebih lebar. Kemudian turunlah sosok yang sangat ia harapkan.

Tio.

Pria itu menatap datar wajah Hana. Dengan penampilan khas orang kantor, dia berjalan menghampiri Hana. Tio berhenti beberapa meter dari tempat Hana berdiri.

“Pah...” panggil Hana lirih. Senyumnya masih mengembang, seakan ia sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan Tio.

“Ngapain kamu di sini?” empat kata yang membuat senyumnya pudar. “Pak Udin udah berhenti. Semuanya ninggalin papah, apa kamu puas?”

RELEASE [Completed]✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang