Hi! Everyone!
Happy reading!:')
***
“Gue akan jagain lo.”
Hening. Mereka saling melempar tatapan sendu. Hana membuang wajahnya ke arah lain, ia membuang nafas gusar.
“Nggak, Rel. Itu bakal jadi lebih buruk.” tolak Hana tanpa menatap wajah Varel.
“Terus? Gimana caranya, supaya Dio berhenti celakain lo?”
Hana melirik Varel, lalu ia mengalihkan manik matanya ke arah lain. “Jauhin gue. Udah cukup hari ini lo ada di deket gue.”
Varel diam. Begitu juga dengan Hana. Bukankah tidak sulit untuk menjaga jarak antara Varel dan dirinya? Kecuali kalau Hana menaruh perasaan pada Varel. Maybe yes, maybe no.
“Yaudah, gue bakal jauhin lo. Lagi pula nggak susah.”
“Hm.” Hana mengangguk. “Makasih udah bawa gue sama Pak Udin ke sini.”
“Ya, sama-sama.” Varel sama sekali tidak berhenti untuk menatap wajah Hana. “Kalo gitu, gue pulang.”
“Iya, hati-hati di jalan.”
Varel mengangguk, ia berdiri dari duduknya dan berpamitan kepada Pak Udin. Setelah itu, Varel keluar dari ruangan Hana. Varel duduk di salah satu kursi yang terletak tidak jauh dari ruangan Hana.
Varel mengacak rambutnya frustasi. Ia menyandarkan punggungnya, dan memejamkan matanya mencoba untuk tenang.
Drtt drtt
Varel merogoh saku celana abu-abu nya. Ia membaca nama yang terletak di layar android nya.
'Jangan di jawab'
Ada apa Liona menghubunginya, di saat suasana hatinya sedang tidak baik. Tentu saja Varel akan merijek panggilan itu dan memilih untuk mengabaikannya.
Drtt drtt
Varel membuang nafas gusar. Untuk kedua kalinya Liona menelfon Varel. Ia terus memejamkan matanya, tidak peduli dengan semua notif yang masuk kedalam ponselnya. Varel mengabaikan panggilan itu, dan akhirnya panggilan itu berakhir dengan sendirinya.
Drtt drtt
Untuk ketiga kalinya, Liona menghubungi Varel. Itu membuat Varel geram dan memilih untuk menjawab panggilan Liona.
“Apa sih!”
“Hai.”
“Ngapain lo hubungin gue kek orang kesetanan?!”
“Rel, gue mau ke rumah lo.”
“Ngapain?! Gak usah caper sama bunda!”
“Gue masakin makanan buat lo.”
“Nggak perlu! Mending lo makan sendiri aja!”
“Tapi Rel-
Tut!
Varel mangakhiri panggilannya sehipak. Ia meletakan benda pipih itu ke sembarang arah, pikirannya sangat kacau.
Ting!
Sebuah notif muncul. Varel meliriknya, lalu membaca tulisan tersebut.
EPEPan:
Varel kemana Dit?Adit tua:
Gak tau.Ternyata mereka berdua mencari keberadaan Varel.
“Sekarang aja nyariin. Tadi, waktu di sekolah ninggalin. Dasar anak setan!” geram Varel menatap handphone nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RELEASE [Completed]✔✔
Teen Fiction[Kalau CHAPTER-nya gak ada berarti ceritanya diprivate, Follow dulu baru bisa baca] *** Terkadang, seseorang memang harus melepaskan dan mengikhlaskan sebuah kejadian masa lalu demi berjalannya kehidupan selanjutnya. Dan aku percaya tentang kita. ...