11. Suasana malam.

276 53 6
                                    

Hi! Everyone!

Guys, mungkin dari kalian ada yg chapter nya nyeleneh atau gimana, tapi urutannya sesuai sama number yaa:')

Happy reading!

***

Hana berjalan sambil membawa sepatu high heels nya. Ia berjalan pincang karena kakinya terasa sangat sakit. Hana tidak sudi jika dirinya harus meminta maaf pada jalang itu, jelas jelas Hana tidak salah. Kenapa harus meminta maaf?

“Gue benci papah!” gumam Hana dengan nada ditenkan.

Beberapa orang yang berlalu lalang menatap ke arah Hana. Tidak jarang dari mereka menatap Hana dengan aneh, dan tidak jarang beberapa orang menatap Hana dengan iba. Tapi Hana tidak peduli dengan semua tatapan itu. Hatinya sakit!

Sudah sepuluh menit Hana berjalan dengan langkah pincang, ia akhirnya menyerah. Hana duduk di tepi taman yang mempunyai suasana sunyi dan sepi, di bawah lampu jalanan yang mati. Ia sengaja duduk di bawah kegelapan, agar ketika orang berlalu lalang, agar mereka tidak bisa melihat Hana yang sedang menangis. Hana meluruskan kakinya dan memijitnya secara perlahan.

“Kamu emang pembuat masalah di hidup papah!”

“Berhenti mengumpat! Dasar anak pembawa masalah!”

Kalimat itu! Selalu terdengar di pendengaran Hana. Walaupun sosok Tio tidak ada, tapi itu meninggalkan bekas luka yang cukup dalam. Hana menatap lurus dengan tatapan kosong, kapan hidupnya akan tenang?! Hana hanya ingin kasih sayang kedua orang tuanya. Apa keinginan Hana terlalu tinggi?!

“Gue benci papah!” gumam Hana sekali lagi. “Kenapa papah tega sama Hana?”

Hana mulai menangis. Ia tidak tau harus melakukan apa, Hana hanya bisa menangis. Walau itu tidak akan menyelesaikan masalah, tapi menangis bisa membuat Hana lebih tenang.

🐰🐰

Varel sedang menggoes sepeda keranjang milik Lili. Ia di suruh untuk membeli beberapa bahan makanan di minimarket terdekat menggunakan sepeda. Mau tidak mau, Varel harus menuruti perintah Lili. Varel mampu menyita perhatian beberapa pasang mata, karena wajahnya yang tampan dan juga warna sepeda yang bewarna pink seperti milik seorang gadis.

“Belok ajalah!”

Baru kali ini Varel merasa tidak nyaman dengan tatapan orang sekitar. Ia memilih untuk berbelok,  Varel tau kalau di depan ada sebuah taman yang suasananya sepi dan sunyi. Membuat siapa saja yang melewatinya merinding jika melihat sesuatu yang tak kasap mata.

Kring kring kring kring

“Bunyi sepedah Bunda..”

Kring kring kring

“Awas aja kalo ada yang ganggu gue”

Kring kring kring

“Gue tonjok muka lo!”

Kring kring kring

Varel terus membunyikan bel sepedanya. Ia merasa sangat takut, walau ini adalah jalan yang paling dekat menuju rumahnya. Jika suasananya saja seperti ini, lebih baik Varel memutar jalan.

Ekhem! Awas aja ya kalo ada yang gangguin gue! Gue nggak main main sama ucapan gue! Ngerti nggak?!” dasar bodoh! Dia berbicara dengan siapa!

Bulu kuduk Varel mulai berdiri saat ia melihat sosok gadis yang tengah duduk mengenakan pakaian serba putih di pinggir jalan. Varel menelan salivanya, tangannya gemetar.

“Woy! Si-siapa itu!” Varel tetap menggoes sepedanya.

Semakin dekat jarak di antara mereka, Varel mendengar suara isakan.

RELEASE [Completed]✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang