Hi! Everyone!
Happy reading!:)
***
“Hana, mamah berangkat dulu ya, sayang.” Ana mengusap lembut rambut Hana.
“Hari minggu juga harus kerja?” Hana menatap tanya Ana.
Ana mengangguk. “Kamu di rumah aja ya.”
Hana mengangguk. Ia mencium punggung tangan Ana.
“Assalamualaikum.”
“Wa'alaikumussalam.”
Terdengar bunyi pintu tertutup. Sepertinya, Ana sudah benar-benar pergi.
Hana sekarang sedang duduk di meja makan. Ia terdiam, suasana apartemen nya sangat sepi. Disini hanya ada dirinya, tidak ada orang lain lagi.
Ting!
Ponsel Hana berbunyi, sebuah notifikasi masuk ke dalam ponselnya.
+62821345******.
Hai, Hana.
Gue tunggu lo di taman kota, nanti malem. Sendirian.Hana mengernyit bingung. Siapa yang ingin bertemu dengannya di taman kota? Bukankah taman kota selalu terlihat sepi jika malam hari? Apakah Varel? Hana mengangguk.
“Dasar bocah!” gumam Hana.
Hana melanjutkan sarapannya. Ia sangat menikmati sarapan kali ini, walau hanya ia sendirian.
Ting tong
Hana menoleh ke sumber suara. Ia berdiri dari duduknya dan melangkah menuju pintu. Hana melihat peephole viewer terlebih dulu, ia tidak mau kejadian beberapa hari lalu terulang lagi. Sebelah mata Hana terpejam, mencoba untuk memfokuskan pada satu titik. Manik matanya bergerak kesana-kemari. Tapi, tidak ada orang yang berdiri di depan pintu Hana.
“Mungkin cuma orang iseng.” gumam Hana.
Hana berbalik, tidak sampai lima langkah dari pintu. Bel kembali berbunyi. Hana langsung berbalik dan menatap pintu itu dengan dahi yang berkerut.
“Siapa sih! Pagi-pagi udah bikin orang kesel!” Hana berdecak, ia melangkah ke arah pintu.
Hana melakukan hal seperti sebelumnya, yaitu melihat peephole viewer. Untuk kedua kalinya, Hana tidak melihat satu orang pun yang berdiri di depan pintu apartemen nya.
Hana menegakan tubuhnya. Ia terdiam sejenak. Hana mulai merasa cemas, ia melangkah mundur perlahan. Tidak mungkin orang iseng. Hana memutuskan untuk berhitung, hanya sampai angka tiga. Jika itu adalah ulah orang nakal, maka bel tidak akan kembali berbunyi. Tapi, jika memang orang itu mengincar Hana, maka hanya bel apartemen nya saja yang berbunyi.
“Satu...”
“Dua...”
“Tiga...”
Ting!
Deg!
Nafas Hana tercekat. Ia menggeleng beberapa kali, mungkin perkiraannya salah. Hana berjalan ke arah pintu, dan melihat peephle viewer. Betapa terkejutnya, saat ia melihat topeng tengkorak yang menutupi wajah 'orang itu'. Jantung Hana berpacu lebih cepat. Sepertinya dia seorang pria. Pria paruh baya. Tubuhnya bergetar karena takut, gugup dan bingung. Pria itu sedang melihat sekitar, memastikan suasana agar tetap aman. Hana duduk di balik pintu, berharap orang itu segera pergi dari depan pintu apartemen nya.
Drtt drtt
Dengan gerakan cepat, Hana mengangkat panggilan itu tanpa melihat nama siapa yang tertera di layar ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RELEASE [Completed]✔✔
Fiksi Remaja[Kalau CHAPTER-nya gak ada berarti ceritanya diprivate, Follow dulu baru bisa baca] *** Terkadang, seseorang memang harus melepaskan dan mengikhlaskan sebuah kejadian masa lalu demi berjalannya kehidupan selanjutnya. Dan aku percaya tentang kita. ...