8. Kantin.

304 58 12
                                    

Hi! Everyone!

Happy reading!:')

***

“Yas, gimana kabar mamah lo?” tanya Hana.

Mereka sedang berada di kantin, karena ini adalah jam istirahat pertama. Hana yang pertama kali mengajak Tyas untuk makan di kantin. Hana tidak mau kejadian seperti kemarin terulang. Ternyata, Tyas belum memakan apapun dari pagi sampai petang.

“Baik Na”

“Kalo lo butuh sesuatu, jangan sungkan hubungin gue”

“Iya”

“Itu mereka!”

“VEA tumben banget sama Liona dkk”

“Mereka jadian?!”

“Apa?! Mereka jadian?!”

“Adit ko mukanya mesem gitu ya?”

“Ervan gada akhlak! Setiap hari tambah ganteng aja!”

“Cintaku padamu Kak Varel!”

Pekikan para penghuni kantin menyeruak masuk ke telinga Hana.

Berisik!

Hana menatap VEA dan Liona dkk dengan tatapan tajam. Mengapa mereka harus tebar pesona?! Tapi, mereka tidak tebar pesona. Dari orok pesona mereka memang sudah tidak biasa.

“Berisik banget” bisik Hana kepada Tyas.

“Udah biasa. Maklumin aja, wajarlah mereka Most Wanted

Most wanted” Hana sangat kesal dengan panggilan itu.

Tatapan Hana dan Varel bertemu, mereka saling melempar tatapan tidak suka.

“Apa lo!” kata Varel tanpa mengeluarkan suara.

Hana menatap sinis ke arah Varel. Lalu ia bergidik, seraya jijik dengan keberadaan Varel.

Tyas dari tadi memperhatikan Hana. Ia mengikuti arah pandang Hana, dan ternyata Hana sedang menatap Varel begitupun sebaliknya.

Varel melewati kursi yang di tempati oleh Hana dan Tyas. Dia berhenti tepat di samping Hana.

“Ngapain lo berhenti disini?” tanya Ervan.

Varel menoleh ke arah Hana, menatapnya dengan sebelah alis terangkat. Hana menatap Varel sambil mengangkat kepalanya, karena posisi Hana duduk sedangkan Varel berdiri.

“Ngapain lo ngeliatin gue?” Varel tersenyum miring.

Hana berkedip beberapa kali, membuat Varel terkekeh dengan nada mengejek.

Ternyata Varel bisa seganteng itu?!

“Hah?”

Bego!

“Hah? Heh! Lo kenapa liatin gue? Gue ganteng ya? Wah ya jelas dong”

Setelah mendengar kalimat Varel tentang memuji dirinya sendiri dengan percaya diri, Hana akhirnya tersadar dan langsung mengalihkan pandangannya.

“Pd banget!”

“Varel, kita ngapain berhenti disini? Gue ke ganggu karena ada cupuk kek dia” Liona menunjuk wajah Tyas.

“Yaudah, sana pergi!” usir Hana.

“Elo siapanya dia sih?! Ikut campur terus!” kesal Liona.

“Cabut!” Varel dkk berjalan terlebih dulu, karena ia tidak ada sangkut pautnya bersama Liona dkk.

Varel duduk tepat di belakang kursi yang di tempati oleh Hana dan Tyas.

RELEASE [Completed]✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang