36. Penculikan.

188 20 13
                                    

Hi! Everyone!

Happy reading<3

***

Malam harinya, Hana memilih untuk menginap di rumah omah. Ia terlalu takut untuk keluar. Sedangkan Ana, dia memilih untuk tetap tinggal di apartemen, sendirian. Sebenarnya, Hana tidak tega meninggalkan Ana sendirian di apartemen. Tapi, Hana juga tidak mau kejadian tadi pagi terulang. Lebih baik, Hana menyimpan rahasianya baik-baik. Omah dan Ana tidak perlu tau tentang masalahnya. Ia takut, jika omah dan Ana ikut terseret ke dalam masalahnya. Dan yang membuat Hana semakin bingung adalah, siapa orang itu, dan kenapa dia mengincar Hana?

Drtt drtt

Hana membaca nama yang tertera di layar ponselnya.

Mamah:*

“Assalamu'alaikum, Hana.”

“Wa'alaikumussalam, ada apa, mah?”

“Kamu malem ini nginep di rumah omah?”

“Iya.”

“Kenapa gak pulang aja? Mamah kesepian di sini.”

“Maaf ya, mah. Tapi, Hana harus nginep di sini. Hana janji cuma satu malem kok.”

“Nanti pulang sekolah, mamah jemput kamu.”

“Iya, mah.”

“Yaudah, tidur. Udah malem, jangan ngerepotin omah ya.”

“Iya.”

“Assalamualaikum'.”

“Wa'alaikumussalam.”

Tut

Hana menghembuskan nafasnya. Ia  merebahkan dirinya di atas kasur. Menatap langit-langit kamar, dan pikirannya menerawang jauh entah kemana. Matanya perlahan terpejam, nafasnya mulai teratur dan pikirannya mulai berkeliling ke alam bawah sadarnya.

🐰🐰

Pagi harinya, Hana meminta Tyas untuk bertemu dengannya di taman belakang sekolah. Sudah lima menit Hana menunggu, tapi Hana belum melihat keberadaan Tyas di sekitarnya. Apa Tyas tidak akan datang?

“Na, lo lagi ngapain di sini?” Hana menoleh ke belakang tubuhnya.

“Varel.”

Varel berjalan ke arahnya, anak laki-laki itu ikut duduk di sebelah Hana.

“Gue lagi nunggu Tyas.” jawab Hana.

Varel mengernyit. “Tadi gue liat Tyas ada di kantin.”

Hana menatap Varel tidak percaya. “Jangan bohong!”

“Beneran!” Varel menatap lekat Hana. “Gak biasanya lo pisah sama dia.”

Hana menunduk, menatap ujung sepatunya. “Ya gitu deh.”

“Na.” Hana menoleh dengan wajah murung.

“Hmm?”

I like you.” Varel tersenyum jail ke arah Hana.

Jantung Hana berdetak dua kali lebih cepat. Apakah Varel sungguh menyatakan perasaannya padanya? Apakah ini cuma prank?

“Dih, apaan sih!” Hana memukul kecil dada bidang Varel. “Jangan bercanda deh!”

Varel meringis kecil, tapi senyumnya tidak pudar. Manik matanya menatap lekat mata Hana.

RELEASE [Completed]✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang