37. Penculikan II.

168 22 0
                                    

Hi! Everyone!

Happy reading<3

SEBELUM BACA, BUDAYAKAN VOTMEN YA!

***

Mata Hana perlahan terbuka, pertama kali yang ia lihat adalah ruangan bernuansa coklat kotor. Sarang laba-laba menghiasi setiap sudut ruangan. Debu yang menempel pada benda tidak terpakai menyeruak masuk ke dalam indra penciuman Hana. Minimnya cahaya, membuat mata Hana sedikit menyipit. Ruangan ini sangat kotor dan berantakan, bahkan aromanya sangat tidak sedap. Mulut Hana di bekap oleh lakban hitam, tanganya di ikat menggunakan tali, begitu juga dengan kakinya. Ruangan ini tidak memiliki lantai untuk di pijak, melainkan hanya ada  tanah yang sudah berlumut. Hana mengedarkan pandangannya, dimana dia sekarang? Bulu kuduknya berdiri ketika tubuhnya tidak sengaja bersentuhan dengan lumut. Wajar saja, karena Hana berada di bawah, bukan di kursi.

Kreek

Sebuah pintu tua terbuka, menampilkan seorang anak lelaki bertubuh jangkung, diikuti oleh dua temannya. Mereka menutupi sebagian wajahnya dengan menggunakan masker berwarna hitam. Hana memundurkan dirinya, ia berusaha untuk mengesot kebelakang. Anak lelaki itu berjongkok di hadapan Hana, manik matanya menatap lekat wajah Hana. Dari sorot matanya, anak lelaki itu mempunyai dendam pada Hana. Hana menatap takut lelaki di depannya, ia sebaiknya menunduk.

“Akhirnya, gue bisa bawa lo kesini.” kata anak lelaki itu sambil menarik rambut belakang Hana.

“Mmmph!” Hana merintih sakit.

“Lo gak inget gue sama sekali?” Hana menggeleng, membuat anak lelaki itu tertawa. “Kalo gue ungkap identitas gue, nanti lo lapor ke polisi. Tapi, pasti lo kepo kan siapa gue? Dan kenapa gue mau culik lo.”

Hana menelan salivanya kasar, ia tidak berani menatap manik mata lelaki di hadapannya.

“Lebih baik, gue ungkapin identitas gue. Lo pasti kepo banget, iya kan?” Hana mengangguk. “Tapi, setelah gue ungkapin identitas gue... Lo, gak akan bisa balik lagi ke rumah.”

Nadanya, seperti tidak asing di telinga Hana. Hana pernah mendengar nada ancaman ini, tapi dimana?

“Ngg!”

Anak lelaki itu berdecak. Ia mencabut lakban hitam itu, dari mulut Hana secara kasar.

“Gue kasih kesempatan buat ngomong.”

Hana menatap tajam lelaki itu, nafasnya tidak beraturan dan wajahnya memerah menahan emosi yang tertahan pada dirinya.

“Lepasin gue!” geram Hana. “Gue mau pulang!”

Anak lelaki itu memangut-mangut. “Gue bakal anter lo pulang, tenang aja. Gue, anter lo sampe ke syurga. Mau?”

“Emang lo siapa berani bawa gue ke syurga?! Lo tuhan?” kata Hana dengan wajah menantang. “Lo cuma manusia sialan, yang beraninya keroyokan! Bahkan lo beraninya sama cewek. gak habis pikir gue! Dasar pengecut!”

Plak!

Seketika, wajah Hana menghadap ke samping karena tamparan keras dari anak lelaki tersebut.

“Anjing!” umpat anak lelaki itu.

Dia langsung berdiri sambil berkacak pinggang, anak lelaki itu mengusap wajahnya kasar.

Hana tertawa miris. “Sekarang main tangan? DASAR BANCI!”

“Jaga bicara lo!” anak lelaki itu menunjuk wajah Hana dengan murka. “Gue sama anak-anak, gak segan buat nerkam lo kapan pun! Jadi, siapin tenaga lo. Karena lo punya banyak ronde!”

RELEASE [Completed]✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang