25. Menghargai seseorang?

189 18 6
                                    

Hi! Everyone!

Happy reading!

***

"Aku suka sama Varel."

Deg!

Tyas tersipu malu. Senyuman Hana perlahan memudar. Ia tidak percaya dengan apa yang barusan di katakan oleh Tyas.

"A-apa?"

Tyas menunduk malu. "Kamu pasti nggak percaya ya? Padahal, aku suka sama Varel dari kelas sepuluh. Udah lama banget."

Bibir Hana terkatup rapat. Lidahnya terasa keluh, dan perasaan campur aduk.

"Oh." Hana membuang wajahnya ke arah lain.

Tyas mengangguk. "Sekarang, aku seneng banget bisa dapet perhatian dari Varel."

Dahi Hana berkerut. "Perhatian?" gumam Hana.

"Aku harap, Varel bisa cepet-cepet sadar. Kalo aku udah nungguin dia lama banget."

Hana menatap manik mata Tyas. Sepertinya, Tyas sangat bahagia hari ini. Ia mendapatkan seragam putih milik Varel, dan di izinkan untuk memakainya. Hana membuang nafas gusar, ada apa dengan hatinya?

"Kalo gitu... Aku ke toilet dulu ya. Kamu mau ikut?" Hana menggeleng. "Aku duluan ya."

Tyas langsung beranjak pergi meninggalkan Hana. Hana menatap punggung Tyas yang menjauh, ternyata Tyas juga salah satu dari banyak nya gadis yang menyukai Varel. Hana menyandarkan punggungnya, ia memainkan kuku jarinya karena merasa bosan.

Tiba-tiba, seseorang menyentuh telinga sebelah kanan Hana. Hana menoleh dengan gerakan cepat, tapi ia tidak menemukan siapapun. Untuk kedua kalinya, seseorang menyentuh telinga sebelah kiri Hana. Hana langsung menoleh, dan tidak menemukan siapapun, lagi.

"Siapa sih!" geram Hana.

"Stt!"

Hana menoleh ke kanan. Nafasnya tercekat dan tubuhnya refleks terhuyung ke belakang. Sebuah tangan kekar menarik pergelangan tangan Hana. Jarak wajah Varel dan Hana sangat dekat. Hana bisa melihat lekukan indah wajah Varel. Hidung yang mancung, kulit yang berwarna kuning langsat, bibir tipis yang berwarna merah muda, dan juga manik mata yang berwarna hitam.

"Awas jatuh, Na." Varel menyadarkan Hana dari lamunannya.

Ia langsung menepis tangan Varel, dan membuang pandangannya ke arah lain.

"Nggak usah deket-deket!" Hana menggeser duduknya, agar sedikit lebih jauh dari Varel.

"Oia, gue lupa." Hana mendelik kesal. "Tyas ngomong apa aja sama lo?"

"Kepo!"

"Jutek amat neng."

"Bodo amat!" Hana berdiri dari duduknya.

Ia hendak beranjak pergi, tapi lagi-lagi Varel menghentikannya dengan cara membuat Hana penasaran.

"Na, gue mau ngomong sama lo."

Hana menghentikan langkahnya. "Ck, ngomong apa? Mau nawarin gue tali leher lagi?! Sorry, gue nggak minat!"

"Gue serius." tegas Varel.

Hana membalikan tubuhnya, ia menatap Varel dengan sebelah alis terangkat.

"Apa?"

"Gue di diagnosis sakit jantung." Varel menatap datar wajah Hana.

Hana membulatkan matanya, ia berjalan cepat ke arah Varel. Hana duduk di tempat semula.

"Hah? Ko bisa?!" wajah Hana terlihat panik.

RELEASE [Completed]✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang