30. Bubur.

197 18 3
                                    

Hi! Everyone!

Happy reading!

***

Tit tit tit

Hana menekan password apartemen. Yap! Seperti dugaan kalian, Hana sudah sampai di apartemen dengan keadaan basah kuyup. Bahkan, beberapa orang yang sempat bertemu Hana di lobby, tak segan menatap Hana aneh.

Pintu mulai terbuka. Ia mulai memasuki apartemen nya, tapi sedetik kemudian dahi Hana berkerut. Ia melihat sepatu pantopel milik seorang pria disini. Apakah Tio datang ke sini? Mungkin saja!

Hana sedikit berlari menuju ruang utama. Langkahnya terhenti saat ia melihat seorang pria paruh baya tengah duduk di samping Ana. Hana terdiam, ternyata itu bukan Tio. Ana tertawa begitu nyata saat bersama pria itu. Mereka menikmati acara tv dengan genre humor dan di lengkapi coklat panas. Sepertinya sangat nyaman.

Hana terkekeh miris. “Woah!”

Ana dan pria itu langsung menatap Hana terkejut. Mereka segera berdiri tegap dan tegang.

“Om siapa ya?” Hana menatap tanya pria itu.

Pria itu menoleh Ana, kemudian kembali menatap Hana. “Saya-

“Ngapain om disini sama ibu saya? Bisa timbul fitnah loh. Gimana kabar istri om? Dia tau nggak kalo om disini sama ibu saya? Berduaan.” Hana menekankan kata 'Berduaan'.

Pria itu menunduk. “Saya cuma mampir.”

Hana mengangguk-anggukan kepalanya. “Mampir atau di undang?” Hana melirik Ana.

“Hana cukup.”

Pria itu terlihat bingung dengan situasi saat ini. “Kalau begitu, saya pamit.”

Hana hanya membiarkan pria itu pergi, diikuti oleh Ana. Hana membuang nafas nya gusar, ia masih berada di tempatnya.

Terdengar suara pintu tertutup. Sepertinya pria itu sudah pergi meninggalkan apartemen ini.

“Hana!”

Hana bersedekap. Ia menatap Ana di depannya. “Kenapa?”

“Mamah mohon sama kamu. Tolong, jaga bicara kamu, dia rekan kerja mamah!” Ana menatap Hana frustasi.

Hana tersenyum gentir. “Mamah beneran anggep serius ucapan Hana waktu itu.”

Ana mengerutkan dahinya. “Maksud kamu?”

Hana terkekeh. “Apa mamah nggak liat Hana disini? Hana kehujanan, Hana kedinginan! Dan mamah malah asik-asikan ketawa. Sedangkan di luar, Hana hampir pingsan karena udara nya dingin, berharap mamah dateng jemput Hana!”

“Maafin mamah.” Ana menunduk. “Seharusnya kamu tunggu hujannya sampai reda. Jadi kamu nggak harus hujan-hujanan seperti ini.”

“Sampai reda? Apa mamah bisa liat ke luar? Hana udah sampe apartemen, tapi hujannya belum reda juga. Biar apa Hana nunggu? Biar mamah bisa lama-lamaan sama pria tadi?”

“Hana, kamu nggak bisa asal ngomong kek gitu.”

“Oia mah... Maaf, Hana udah ganggu mamah sama pria tadi. Hana kira mamah beneran setia sama papah. Ternyata sama aja.” Hana tersenyum miring.

“Dia rekan kerja mamah Hana!”

“Iya... Mamah bahkan lebih mentingin dia dateng ke apartemen mamah. Dari pada harus jemput Hana di sekolah.”

Ana menunduk. “Maaf, mamah lupa kalo hari ini mamah harus jemput kamu.”

Hana menunduk. “Iya. Makasih udah lupain Hana.”

RELEASE [Completed]✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang