12. Sepeda

260 54 4
                                    

Hi! Everyone!

Happy reading!:')

***

Hana dan Varel masih dalam keadaan yang sama yaitu, ketakutan. Hana belum melepaskan pelukannya dari pinggang Varel, wajahnya masih di tengkulapkan di belakang tubuh Varel. Ia sangat ketakutan.

“Ketemu juga selendang punya emak” seorang anak laki laki mengambil kain putih itu dengan santai.

Varel mulai sedikit tenang, tapi tidak dengan Hana. Ia benar benar memeluk erat pinggang Varel.

“Rel, gimana? Udah lewat belum?” tanya Hana.

Varel menoleh sebentar, kemudian tersenyum jail. “Belum Na, kenapa jalannya tambah jauh aja ya?”

“Yang bener! Jangan bercanda!” Hana semakin mempererat pelukannya, membuat Varel tersenyum senang.

“Beneran! Lo pegangan yang kenceng ya”

Hana mengangguk, dan itu bisa dirasakan oleh Varel. “Iya!”

Varel mengangkat sudut bibirnya, ia melirik pelukan tangan Hana yang melingkar erat di pinggangnya. Varel menggoes sepedanya dengan santai. Dia benar benar menikmati angin malam dengan pelukan dari gadis cantik di belakang tubuhnya.

“Lama sudah ku menanti, banyak cinta datang dan pergi..”

“Tapi tak pernah aku senyaman ini, mungkin dirimu lah cinta sejati..”

Hana mengerutkan dahinya, ia menegakkan tubuhnya tanpa melepaskan pegangannya.

“Tak akan ku ragu lagi, hey.. Ku jaga sampai ke ujung nadi..”

“Takkan kusia-siakan lagi.. Buat hidupku lebih berarti..”

Hana menarik tangannya dari pinggang Varel. Tapi, Varel menariknya kembali untuk tidak melepaskan pegangannya.

“Cintamu senyaman mentari pagi, seperti pelangi.. S'lalu ku nanti..”

“Rel..”

“Cintamu tak akan pernah terganti, selamanya di hati..”

“Aku bahagia.. Milikimu seutuhnya..”

“Hoooo...”

“Wooo...”

“Hooo...”

Varel lagi lagi tersenyum, begitu juga dengan Hana. Ia tidak menyangka, kalau Varel mempunyai suara yang indah, begitu juga dengan wajahnya.

“Kenapa?”

“Nggak jadi”

Mereka saling diam, tidak bersuara. Hana tidak bisa berhenti tersenyum, entah kenapa, Varel yang menyebalkan berubah menjadi Varel yang menyenangkan.

Sesampainya di tempat tujuan, Hana dan Varel turun dari sepeda. Hana mengerutkan dahinya, ini bukan restoran. Tapi, ini rumah. Ia menoleh ke arah Varel dengan tatapan bertanya.

“Ayo masuk!” Varel menarik pergelangan tangan Hana.

“Eh! Bentar!” Hana menarik kembali tangannya.

Varel menoleh dan mengerutkan dahinya. “Apa?”

“Ini bukan restoran”

“Ini restoran, elo nya aja yang belum tau”

Hana menatap sekeliling, apakah benar ini restoran?

“Masa sih?”

“Iya. Makannya ayo masuk!”

RELEASE [Completed]✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang