32. Panik?

198 21 3
                                    

Hi! Everyone!

Happy reading<3

***

Hana perlahan membuka matanya, semuanya buram. Kepalanya terasa sangat pening, sekujur tubuhnya terasa sakit. Ia memegangi kepalanya, lalu meringis.

“Hana.”

Hana menoleh ke arah sumber suara. Ia melihat Cindy sambil terisak menatap Hana.

“Lo kenapa nangis?” kata Hana dengan suara parau.

“Maafin gue udah dorong badan lo. Pasti sakit ya?” Cindy mengusap bekas air matanya.

Hana tersenyum kikuk. “Gak papa. Btw, makasih ya, gue di bolehin nyender di pundak lo.”

Cindy mengangguk. “Lo juga harus bilang makasih sama Varel.”

Hana mengerutkan dahinya. “Untuk?”

Cindy kembali mengusap bekas air matanya. “Dia udah bawa lo kesini. Gue liat, dia yang paling panik di antara yang lain.”

“Oh.” Hana menoleh ke atas nakas. Ia menelan salivanya.

Cindy mengikuti arah pandang Hana, ia tersenyum tipis. “Di minum, Na.” Cindy mengambil teh itu dan meberikannya pada Hana.

“Makasih.” Hana meminum teh itu.

“Varel yang beli teh itu.”

Uhuk uhuk

“Pelan-pelan.”

Hana terdiam. Berpikir beberapa saat. Apakah dia tidak salah dengar? Varel yang membawa dirinya ke sini, dan menidurkannya di atas ranjang UKS. Dia yang panik di antara yang lain, dan dia, yang membelikan teh manis untuknya? Rasanya mustahil.

"Perlakuan gue tadi. Bukan karena gue suka. Tapi, karena gue kasian sama lo dan omah!”

Ya! Hana ingat kalimat itu. Kalimat yang terlontar dari mulut Varel secara gamblang. Hana menatap langit-langit UKS datar. Varel hanya kasian padanya, bukan karena suka. Jadi, lupakanlah!

“Kek nya dia suka sama lo, Na.” Cindy menatap sendu mata Hana.

Hana tersenyum miris. “Dia cuma kasian sama gue, Cin. Bukan suka, tapi kasian.”

“Emang lo pernah nanya langsung?” kata Cindy meyakinkan.

Hana menggeleng. “Dia bilang sendiri ke gue.”

“Bukan!” Hana mengerutkan dahinya. “Lo pernah nanya langsung ke Varel tentang perasaannya ke elo?”

Hana menggeleng. “Gue gak akan nanya hal kek gitu.”

“Coba deh, lo sekali-kali tanya perasaannya dia ke elo.” tawar Cindy.

“Gue...” sorot mata Hana menjadi sayu. “Gue gak bisa lakuin itu.”

“Kenapa?!”

“Ada orang lain, yang juga suka sama Varel.”

“Iya gue tau.” Hana sontak menoleh ke arah Cindy.

“Lo-- lo tau?”

Cindy mengangguk. “Tyas kan?”

Bibir Hana terkatup rapat. Bagaimana Cindy bisa tau? Apakah Hana pernah memberi tau Cindy? Tidak! Hana tidak pernah memberitahu kepada siapapun.

“Lo gak usah kaget begitu.” Cindy terlihat begitu tenang.

“Lo tau dari mana?” Hana sedikit berbisik.

RELEASE [Completed]✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang