Hi! Everyone!
Happy reading!:')
***
“Assalamu'alaikum bunda” Varel memasuki rumahnya. Tepatnya, milik orang tuanya.
“Wa'alaikumussalam” Lili—Bunda Varel berdiri dari duduknya.
Varel menghampiri Lili yang sedang berada di ruang tv. Ia mencium punggung tangan Lili sebagai rasa hormat dan kasih sayang.
“Aku ke kamar dulu bun” Lili mengangguk menanggapi pertanyaan Varel.
Varel beranjak menuju ke kamarnya. Rumah yang di singgahi oleh Varel bukanlah rumah yang berlantai dua atau rumah yang memiliki kolam renang di dalamnya. Rumah Varel hanyalah rumah biasa dengan halaman luas dan tidak memiliki dua lantai. Menurutnya, sebesar apapun rumah. Jika, anggota keluarga di dalamnya tidak menyayangi satu sama lain maka rumah itu sama saja seperti neraka. Mereka tinggal satu atap dengan orang yang menurut mereka asing. Siapapun bisa jadi apapun. Maka, setiap anggota keluarga juga bisa menjadi orang asing bagi kita.
Keluarga Varel sangat harmonis walaupun mereka hidup dengan apa yang ada. Varel mempunyai tiga bersaudara, anak pertama bernama, Dev Fauzi Altezza. Anak kedua yaitu, Varel Altezza. Anak ketiga, Raka Hanan Altezza. Cogan semua nih:/
Varel mulai memasuki kamar, ia meletakkan tas punggung miliknya di atas meja belajar. Varel berjalan menuju pantulan cermin yang besar, seukuran dengan dirinya. Ia menatap cermin itu.
“Percuma kalo lo punya visual wajah yang bisa bikin para gadis teriak, kalo kelakuan lo aja masih berantakan! Amburadul! Ga jelas!”
Kalimat Hana masih terngiang ngiang di telinganya.
“Gila aja tuh cewek! Mulut ko pedes amat!”
Varel berhenti menatap dirinya di cermin. Ia tidak mau nanti dirinya tergila-gila oleh wajah tampan miliknya.
“Rel!” teriak Dev dari luar kamar.
“Apa!”
“Cepet ganti bajunya! Gue bawain makanan tuh!”
“Iya bang!”
Varel segera bergegas mengganti baju seragam, setelah selesai ia langsung keluar dan berlari ke meja makan. Sudah ada Lili dan Raka, Lili sedang menyiapkan makanan untuk ketiga anak laki lakinya, sedangkan Raka hanya diam memperhatikan Lili.
“Bun, mana makanannya?” Varel terlihat antusias.
“Tuh” Lili menunjuk sebuah piring yang terdapat ikan pecel lele dan nasi yang sudah di sediakan oleh Lili di atas meja makan.
“Yeay!” sorak Varel.
Kalian tau bukan? Ikan pecel lele adalah makanan kesukaan Varel. Varel langsung melahap makanan kesukaannya.
“Rel, gimana sekolah kamu?” tanya Lili.
“Baik”
“Kamu nggak bikin onar lagi kan?” Varel menggeleng.
“Bang Varel kan nakal, masa sih udah ngga bikin onar. Nggak percaya!” ejek Raka kepada Varel.
“Diem lu anak kecil” sembur Varel.
“Raka udah besar!”
“Besar? Ngambil mainan di atas lemari gue aja nggak nyampe! Sok sokan mau jadi besar”
“Kan itu tinggi banget bang!”
“Alesan aja lo!”
“Makan nggak boleh sambil ngomong” Lili mengingatkan Varel.
KAMU SEDANG MEMBACA
RELEASE [Completed]✔✔
Teen Fiction[Kalau CHAPTER-nya gak ada berarti ceritanya diprivate, Follow dulu baru bisa baca] *** Terkadang, seseorang memang harus melepaskan dan mengikhlaskan sebuah kejadian masa lalu demi berjalannya kehidupan selanjutnya. Dan aku percaya tentang kita. ...