42. taman rumah sakit.

187 20 8
                                    

Hi! Everyone!

BUDAYA KAN VOTE DAN FLLW SBLM MEMBCA!!
BELUM REVISI, JADI MAKLUM KALO BANYAK TYPO

Happy reading<3

***

Varel duduk di tepi lapangan seorang diri, ia telah melakukan permainan bola basket, dan lawan mereka adalah adik kelas. Varel mengibaskan tangannya mencoba untuk mendapatkan angin sejuk. Sedangkan Ervan dan Adit pergi entah kemana meninggalkan Varel. Jika kalian ingin tau siapa pemenangnya, maka jawabannya sudah tentu Varel dkk.

“Nih, buat kamu.” tangan seorang gadis menyodorkan sebuah aqua dingin kepada Varel.

Varel mendongak, menatap gadis itu yang ternyata adalah Tyas.

“Apa?”

Tyas duduk di sebelah Varel tanpa persetujuan dari Varel. “Ini buat kamu.”

Varel menatap aqua itu. Ia tidak bisa menolak pemberian Tyas, karena tenggorokan nya sudah mulai kering. Varel baru saja ingin mengambil botol itu, tapi botolnya segera di tepis oleh Liona.

Tyas berdiri dari duduknya. Ia menatap Liona dengan tatapan terkejut. “Liona.”

“Gak usah kecentilan. Bisa, kan!” Liona menonyor kepala Tyas.

“Maksud kamu apa?”

Pertanyaan dari Tyas semakin membuat Liona geram. Gadis di depannya masih belum mengerti juga.

Liona berjalan maju satu langkah. Sontak, Tyas memundurkan langkahnya. Liona menatap tajam wajah Tyas.

“Jangan berani-berani deketin Varel. Paham?!” Liona sedikit berteriak yang mampu mengundang beberapa pasang mata.

“Kamu gak punya hak ngelarang aku buat ngejauhin Varel.” meskipun takut, tapi Tyas melawan ketakutan itu. Ia sedikit berani melawan Liona karena Dia dan Yuri tidak bersama Liona. Ingat, hanya sedikit.

Liona tertawa meremehkan. “Lo lupa siapa gue?” Liona tersenyum sinis. “Gue orang kaya, jadi maklum kalo gue ngatur hidup lo. Karena gue orang kaya. Inget itu!”

Tyas mengepalkan tangannya, menyembunyikan emosinya di kepalan tersebut. Ia melirik Varel yang masih terduduk santai tanpa memperdulikan perdebatan dua orang gadis tersebut.

“Kamu emang kaya. Tapi, coba liat penampilan kamu. Norak tau gak! Beda sama orang kaya lainnya. Mereka tampil modis, sedangkan kamu? Niatnya mau tampil modis tapi jatuhnya norak!” perkataan Tyas ada benarnya.

Penampilan Liona setiap bersekolah selalu memakai perhiasan yang berlebihan, make up tebal dan juga seragam kurang bahan.

Perkataan Tyas menyulut emosi Liona. Gadis itu langsung menarik rambut Tyas kasar. Tyas mengaduh kesakitan. Varel segera berdiri, ia terkejut saat Tyas terpekik dan tubuhnya hampir saja terhuyung ke belakang.

“Lo ngatain gue norak?! Lo ngomong kek gitu karena lo iri, kan sama gue!” Liona lalu mendorong tubuh Tyas kebelakang.

Para siswa-siswi yang melihat kejadian tersebut langsung terpekik. Liona hendak menginjak pergelangan kaki Tyas, tapi dengan cepat Varel menarik tangan Liona untuk menjauh. Dada Tyas naik-turun, ia menatap tajam punggung Varel dan Liona yang menjauh.

Varel menghempaskan tangah Liona kasar. Ia berdecak kesal, rasanya Varel enggan melihat wajah Liona.

“Rel.”

“Sombong banget sih lo. Lagian juga yang punya harta itu orang tua lo, bukan elo.” kata Varel tanpa menatap Liona.

“Bentar lagi harta itu jadi milik gue.” dengan bangga Liona mengatakan hal seperti itu. “Harta itu juga bisa jadi milik lo, asalkan lo mau jadi pacar gue. Simple kan?”

RELEASE [Completed]✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang