15. Hate my life.

259 42 0
                                    

Hi! Everyone!

Happy reading!

***

Hana dan Tyas akhirnya sampai di depan halaman rumah Tyas. Rumah Tyas hanya rumah sederhana yang mempunyai dua kamar, satu kamar mandi, ruang tamu dan dapur. Tidak ada tv atau ruang keluarga, karena Tyas hanya hidup berdampingan dengan mamahnya.

“Na, ayo masuk.”

Hana mengangguk dan mengikuti Tyas dari belakang. Tyas mulai membuka pintu rumah.

“Assalamu'alaikum. Mah.” Tyas berjalan menuju kamar pertama. Sedangkan Hana masih berada di ambang pintu rumah, karena Tyas belum mengizinkannya untuk masuk.

“Wa'alaikumussalam.”

“Hana. Sini masuk.” akhirnya Hana masuk dan mengikuti Tyas menuju kamar pertama.

Hana melihat seorang wanita paruh baya yang terkapar lemah di atas ranjang. Wajahnya pucat, kepalanya masih di lilit oleh perban.

“Mah, ini Hana.”

Wanita itu tersenyum pada Hana. Hana berjalan menghampiri ranjang yang ditiduri oleh Sri—Mamah Tyas. Ia tersenyum manis, lalu mencium punggung tangan Sri.

“Hana, tante.”

“Hana, kamu cantik sekali.” Sri mengusap lembut puncak kepala Hana.

”Makasih.” kata Hana tidak lupa untuk tersenyum.

“Tante berterimakasih kepada kamu, Hana. Terimakasih karena kamu sudah meminjamkan uang untuk pembayaran operasi Tante.”

“Sama sama tante. Kita makhluk sosial, wajar kalo kita butuh bantuan orang lain.”

“Kalo ada uang, tante janji bakal bayar.”

Hana menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. Hana hanya gugup dengan percakapan antara dirinya dan juga Sri.

“Sebenernya itu uang omah. Hana cuma bantu ngomong doang tante.”

“Uang siapapun itu, tante janji bakal bayar.”

“Tante ngga usah buru-buru buat bayar uangnya. Sekarang, yang paling penting tante sembuh dulu.”

“Iya.”

“Tante kenapa ngga rawat inap aja? Keadaan tante juga belum pulih total.”

“Tante ngga punya uang Hana.”

Hana mengerutkan dahinya. “Uang dua puluh juta yang Hana pinjemin emang kurang?”

Sri mengangguk. “Itu cuma buat pembayaran operasi, sedangkan rawat inap nya ada biaya tersendiri.”

“Kalo boleh tau, berapa ya?”

“Aduh, tante lupa. Kalo ngga salah berjuta-juta rupiah.”

Hana diam, ia terlihat sedang memikir. Hana menatap keadaan Sri dengan tatapan iba.

“Kalo ada biaya, tante mau rawat inap?”

Tyas dan Sri bertatapan. “Kalo ada biaya... Aku mau mamah di rawat inap.” kata Tyas lirih.

“Kalo gitu, Hana akan coba ngomong sama omah.”

“Ngga perlu! Tante bisa juga rawat jalan, kamu jangan bilang ke omah kamu ya.”

“Bukannya tante, mau rawat inap ya?” tanya Hana.

“Tante mau rawat inap, kalo tante punya uang. Ini bukan uang tante, jadi lebih baik tante rawat jalan.”

RELEASE [Completed]✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang