27. Rooftop.

191 18 2
                                    

Hi! Everyone!

Happy reading!:)

***

Ana berlari ke arah pintu. “Mas Tio!”

Tio terkejut, saat ia menampar Hana. “Papah salah orang.” Tio menunduk.

Hana menatap Tio. “Salah orang? Jadi sebenernya papah mau nampar mamah?”

Tio bungkam. Tatapan tertuju pada Ana yang berada di belakang Hana.

“Na, masuk yah. Nanti mamah nyusul.” Ana memberi senyum hangat untuk Hana.

“Nggak!” tolak Hana. “Hana mau tau, papah mau ngomong apa lagi sama mamah?”

“Semakin besar, kamu semakin lancang Hana!” Tio menatap geram Hana.

“Semakin ke sini, papah semakin kasar!”

“Hana.” Ana menatap Hana.

Pandangan Hana teralihkan. “Hana bener kan?”

“Papah cuma mau ngomong sama mamah kamu.” izin Tio pada Hana.

“Apa lagi yang harus di omongin?”

“Hana, masuk. Papah nggak akan nyakitin mamah. Kamu tenang aja ya sayang.”

“Mamah masih mau nerima papah? Mamah mau bicara apa lagi?” Hana menatap lekat manik mata Ana. “Percuma, mamah pergi dari rumah! Nggak ada gunanya! Kalo bisa di bicarain baik-baik ngapain harus pergi! Bikin Hana muak tau ngga!”

“Hana, jaga bicara kamu!”

“Papah bisa keluar sekarang. Papah udah nggak di butuhin disini.”

“Bicara kamu nggak pernah pake etika!”

“PAPAH KELUAR!” nafas Hana memburu. “Apa perlu, Hana panggil jaksa keamanan?”

Ana dan Tio saling bertatapan. “Hana, papah cuma mau ngomong sesuatu sama mamah kamu. Papah nggak akan ngelakuin hal yang kriminal.”

Hana terkekeh. “Bohong!”

“Na, dengerin penjelasan papah kamu dulu.” Ana masih mencoba untuk membujuk Hana.

“Apa Hana harus teriak untuk yang kedua kalinya? Nggak kan?”

Tio mengusap wajahnya kasar. Ia berdecak kesal, kemudian beranjak pergi dari hadapan Hana dan Ana. Hana menutup pintu apartemen nya.

“Seharusnya kamu nggak ngelakuin itu, Hana.” Hana berbalik menatap Ana.

“Kenapa lagi mah? Salah lagi ya? Mau bela papah lagi?” Hana memutar bola matanya jengah. Ia hendak beranjak pergi, tapi tangan Ana mencegahnya.

“Mamah nggak pernah ngajarin kamu bicara seperti itu Hana!”

Hana menepis tangan Ana kasar. “Mamah nggak pernah ngajarin apapun untuk Hana.”

“Hana, bicara kamu tolong di jaga.”

“Salah lagi ya?” Hana terkekeh. “Yang ngajarin Hana berdiri, jalan, ngomong, cara makan dan lainnya. Bukan mamah! Tapi omah.”

“Setidaknya, mamah pernah ngajarin kamu beberapa hal.”

“Mamah ngajarin aku apa? Yang aku tau, mamah sibuk sama pekerjaan mamah. Mamah sibuk belain papah! Apa mamah pernah, dateng ke sekolah aku? Nggak! Omah yang selalu dateng!”

“Mamah berusaha yang terbaik buat kamu.”

“Berusaha?” Hana menatap tanya Ana. “Berusaha supaya karir mamah nggak hancur? Mamah amnesia atau gimana si?”

RELEASE [Completed]✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang