29. Rain.

195 20 3
                                    

HI! EVERYONE!

HAPPY READING! JAGAN LUPA TINGGALIN JEJAK:)

***

“Keluar.” titah Hana untuk Varel.

Varel menggeleng. “Nggak!”

“Lo tuh kenapa sih?! Ikut campur urusan gue terus! Gak usah sok peduli bisa kan?!” Hana menatap kesal Varel.

“Gue nggak ikut campur! Gue di suruh sama omah, buat jagain lo!” oke! Sekarang, Varel juga mulai kesal.

“Gue bukan anak kecil yang harus di jagain! Sekarang lo boleh keluar. Dan ini untuk terakhir kalinya lo ikut campur!”

“Gue nggak keberatan!” Varel menatap tajam Hana. “Inget! Gue nggak ikut campur. Gue cuma nurutin apa yang di bilang sama omah! Tapi, karena sifat lo kek gini. Gue males buat jagain lo! Gue ngelakuin itu karena gue kasian sama lo. Bukan karena gue suka!”

Jleb!

Kasihan?

Varel segera melangkah pergi. Apakah dia tidak melewati batas, dengan mengatakan kalau Varel hanya iba melihat Hana dengan keadaan seperti ini?

Hana menggigit bibir bawahnya. Dalam satu hari, hidupnya hancur karena ucapan orang lain. Ia menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya dengan gusar.

Hana menatap tajam kepergian. “Kasian dia bilang! Gue lebih kasian sama ibunya. Punya anak ko sifatnya kek gitu!”

Ceklek

Ervan datang dengan bersenandung ria. Ia terkejut saat melihat Hana terdiam menatap tajam Ervan yang baru saja datang.

“Astagfirullaha

“Na! Lo kenapa?” .

“Gak!”

“Anjir, setannya galak.”

Hana mengerutkan dahinya. “Setan?”

“Iya. Lo abis kerasukan apa, sampe mecahin gelas?”

Hana memutar bola matanya jengah. “Gue nggak kerasukan! Lagian lo ngapain kesini?”

“Mau mancing.” Hana terdiam karena bingung. “Ya mau ngambil obat lah! Gimana sih lo!”

Hana ber'oh'ria. “Buat siapa?”

“Gue.”

“Lo sakit?”

“Ciee perhatian.” Ervan menunjuk Hana dengan mata yang sedikit menyipit.

“Gue cuma nanya! Nggak ada yang namanya perhatian!”

“Btw, lo judes ya.” Ervan mulai mencari obat di kotak P3K.

Hana membulatkan matanya. “Gue judes karena lagi marah!”

“Marah nya sama siapa, yang kena marah siapa.” sindir Ervan.

“Gue marah sama Varel!”

Ervan langsung menoleh. “Lo di apain sama dia? Di php-in?”

“Emang dia suka php?”

“Beuh! Jangan di tanya.”

Hana semakin membulatkan matanya. “Beneran?”

“Sering Na! Lo jangan deket-deket sama Varel! Mending sama bang Epan aja.” Ervan menaik turunkan alisnya.

Hana bergidik ngeri. “Ogah! Muka lo emang ganteng. Tapi, bukan selera gue!”

“Lo tau Cindy kan?” Hana mengangguk. “Dia suka sama gue!”

“Pfft!”

Ervan mendelik kesal. “Lo ngejek gue?”

RELEASE [Completed]✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang