Untuk apa ada masa lalu, kalau nyatanya hanya akan berlalu--
Untuk apa ada masa depan, kalau nyatanya sekarang pun, hidup masih kesusahan--
Untuk apa ada kehidupan, kalau nantinya akan dimatikan--
Untuk apa ada siang, kalau akhirnya berganti malam--
Untuk apa ada cinta, kalau nyatanya sayang pun tak ada--
Untuk apa memulai, kalau nanti akan berakhir juga--
Untuk apa bicara, kalau akan bungkam pada akhirnya--
Untuk apa terseyum, kalau kamu inginnya menangis--
Untuk apa ada bahagia, kalau nantinya ada luka--
Untuk apa punya hati, tapi berkelakuan bagai tak punya nurani--
Untuk apa ada aku, kalau nyatanya tak pernah berguna bagimu--
Untuk apa ada cahaya, kalau ternyata aku tak punya mata--
Untuk apa ada perasaan, kalau nyatanya hanya akan merasa kesakitan--
Untuk apa bertemu, kalau hanya ingin bertengkar--
Untuk apa bercerita, kalau nyatanya tak ingin mendengarkan--
Untuk apa berusaha, kalau hasilnya pun tak ada--
Untuk apa ada, kalau akhirnya hilang juga--
Untuk apa ada kehangatan, kalau akan menjadi kedinginan--
Untuk apa kaya, kalau uang pun hanya sementara--
Untuk apa ada kita, kalau nyatanya hanya fana--
Dunia ini lucu ya.
Atau aku yang bodoh?
Tak tahu arti dari apa yang telah ku tanyakan tadi.
Mencari dan mencari.
Pada semesta, pada waktu, pada kamu, aku terus bertanya tanpa jeda.
Keingintahuan yang tinggi, membuatku tak bisa berhenti.
Aku hanya ingin tahu.
Untuk apa?
Untuk apa, hanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐞𝐫𝐞𝐥𝐚𝐤𝐚𝐧𝐦𝐮 (𝖕𝖚𝖎𝐬𝖎)
Poesia// 𝐁𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐫𝐚𝐡 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐞𝐚𝐝𝐚𝐚𝐧, 𝐚𝐤𝐮 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫𝐢 𝐬𝐞𝐛𝐮𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤𝐩𝐚𝐬𝐭𝐢𝐚𝐚𝐧 // (𝐡𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐨𝐮𝐭𝐬𝐢𝐝𝐞-𝐛𝐫𝐨𝐤𝐞𝐧 𝐢𝐧𝐬𝐢𝐝𝐞) ____________________________________________ 𝐌𝐞𝐫𝐞...