Selasa pagi, 22 Oktober 2019. Edema di lengan dan kaki Widarto terlihat belum ada perubahan berarti dibandingkan kondisi sehari sebelumnya. Respon terhadap panggilan suara juga belum banyak berubah. Hanya respon terhadap sentuhan di kaki yang dirasakan meningkat dibandingkan kondisi kemarin. Fira, Ria, Manda, dan Avi yang sedang mendapat giliran jaga terus berdoa dan mengharapkan kesembuhan yang terbaik untuk Widarto.
Hari itu Jakarta mencapai suhu tertingginya sepanjang bulan Oktober, 36 derajat Celcius, dan udara yang terasa sangat lembab membuat keluarga yang berjaga di rumah sakit lebih banyak mendekam di Kamar Tunggu Pati No.4.
Pukul 12:21 WIB. Nico sempat mencatat tensi Widarto sangat rendah, hanya 84 per 48 mmHg, tetapi mean arterial pressurenya masih berada dalam rentang normal, di 74 mmHg. Angka di grafik ECG masih bergerak fluktuatif dari 70 ke 100, bahkan sempat tercatat di 40 lalu naik ke 70.
"Mudah-mudahan hanya gangguan akurasi sensor probe," harap Nico.
Pukul 13:01 WIB. Kondisi Widarto menjadi lebih stabil dengan tensi 115 per 56 mmHg, dan tarikan nafasnya tak seberat kemarin. Meskipun edema di lengan kiri belum banyak berubah, namun ada satu dua jari yang terlihat mulai kembali normal ukurannya. Bagian abdomen justru jauh mengecil, meringankan tekanan pada diafragma. Pijitan pada kaki dan sentuhan di telapak kaki tetap memberi respon yang baik. Gula darah tercatat di 118 mg/dL, albumin juga mengalami peningkatan dari 1.3 menjadi 2.8 g/dL, dan HB tetap di 9 g/dL.
Ekskresi melalui urine yang semakin sedikit justru paling mengkhawatirkan untuk Nico, tak pernah melampaui 25 mililiter, apalagi disertai trombosit yang menurun menjadi 66 ribu mcL. Penurunan trombosit ini diduga karena efek pemberian obat pengencer darah.
Pukul 13:27 WIB. Nampak seorang perawat memberi segelas susu melalui sonde.
Malamnya seperti biasa, semua anggota keluarga baru bisa menikmati santap malam setelah waktu berkunjung ICU selesai, dan tak ada lagi panggilan melalui audio paging system dari ruang ICU.
Menu makan malam selalu berganti disiapkan dengan kreatif oleh Ary, suami Yanti. Dia memang pandai memancing selera makan, agar kesehatan istri dan seluruh iparnya tetap terjaga. Walaupun pada akhirnya, semua orang mengalami kenaikan berat badan karena pelayanan kreatifnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
PERJUANGAN YANG BERBEDA
Non-FictionSebuah catatan tentang jejak dan nilai perjuangan tanpa cela, dalam rangkaian kisah kehidupan seorang pejuang mengejar tiga kemerdekaan yang diimpikannya. Saat ini Anda sedang membaca Buku Kelima yang mengisahkan tentang perjuangan lain yang harus d...