Jum'at, 25 Oktober 2019. Pagi ini Rama menyiapkan suplai waslap - disposable washcloth - untuk Widarto yang biasanya diserahkan kepada perawat ICU atau terkadang bisa juga diletakkan langsung di laci kabinet persediaan milik masing-masing pasien. Ia sempat melihat tarikan nafas ayahnya terasa lebih berat dari kemarin malam.
Pukul 12:14 WIB. Seorang dokter ICU baru saja menemui Fira untuk konfirmasi persetujuan tindakan tracheostomy, sebab penggunaan intubasi dalam jangka panjang sangat berisiko infeksi. Karena itu biasanya intubasi hanya digunakan untuk waktu maksimal empat atau lima hari. Tindakan pemasangan tracheostomy sendiri hanya butuh waktu 30 menit hingga satu jam tergantung kondisi pasien.
Pukul 12:29 WIB. Begitu selesai sholat Jum'at, Nico langsung meminta Fira untuk menandatangani lembar persetujuan itu.
"Jangan lupa bismillah dulu," ia coba mengingatkan Fira melalui WA.
Pukul 12:55 WIB. Fira mengabarkan bahwa tadi Rama yang menandatangani lembar persetujuan tracheostomy, setelah mereka berdua diedukasi oleh dokter ICU.
Jadi dasar pertimbangan tindakan tracheostomy pada Widarto adalah karena dokter memperkirakan penggunaan ventilator bakal lama, sehingga akan jauh lebih nyaman dan aman menggunakan tracheostomy daripada pemakaian selang ETT atau Endo Tracheal Tube.
Masa pemakaian selang ETT maksimal 4 hari, setelah itu harus diganti dengan selang baru. Sedangkan pipa tracheostomy cukup diganti sebulan sekali. Pertimbangan selanjutnya adalah, Widarto akan lebih mudah berkomunikasi jika dibandingkan dengan kondisi terpasang ETT. Selain akan lebih memudahkan proses pembersihan serta vakum mukus dan sekresi.
Tindakan tracheostomy dijadwalkan siang ini dengan anastesi total. Efek samping paska operasi bisa berupa penurunan tensi dan kesadaran akibat anastesi. Sedangkan dari prosedur tracheostomy bisa menimbulkan efek infeksi, perdarahan, dan masuknya udara ke bawah kulit sekitar lubang tracheostomy. Tapi efek samping ini akan diminimalisir, bahkan diusahakan untuk tidak terjadi sama sekali. Pastinya!
Dokter juga menjelaskan bahwa dosis Vascon sudah berangsur-angsur diturunkan, dan ventilator mulai digunakan hanya sebagai back-up, sehingga pernafasan Widarto tidak lagi tergantung pada ventilator seperti kondisi awal. Ketika frekuensi nafas turun atau nafas spontan drop, maka secara otomatis ventilator akan bekerja.
Setelah itu akan dilakukan evaluasi untuk menentukan apakah ventilator bisa dilepaskan total, dimana nafas spontan Widarto akan bergerak melalui pipa tracheostomy yang terhubung dengan tabung oksigen. Jika Widarto berhasil melalui prosedur nafas spontan tersebut dalam waktu 2 kali 24 jam, maka itu menjadi salah satu bahan pertimbangan awal untuk memindahkan Widarto ke Perawatan Umum.
Pukul 14:00 WIB. Tindakan operasi tracheostomy dimulai. Alhamdulillah semua berjalan lancar.
Pukul 16:35 WIB. Widarto masih tidur karena pengaruh anastesi. Edema di kedua lengannya nampak masih belum berkurang.
Pukul 18:15 WIB. Fira melihat Widarto mulai sadar dan membuka mata, tetapi belum ada respon wicara.
Malam itu Ria dan Fira yang mendapat giliran jaga di rumah sakit.
"Mau bergabung?" tanya Fira kepada Nico.
Tapi hari itu Nico sangat tergantung pada diatab dan toilet, dia terpaksa menolak tawaran itu.
Pukul 20:47 WIB. Yanti mengabarkan berita yang melegakan bahwa rekaman murotal boleh diletakkan dan diaktifkan di dekat telinga ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERJUANGAN YANG BERBEDA
No FicciónSebuah catatan tentang jejak dan nilai perjuangan tanpa cela, dalam rangkaian kisah kehidupan seorang pejuang mengejar tiga kemerdekaan yang diimpikannya. Saat ini Anda sedang membaca Buku Kelima yang mengisahkan tentang perjuangan lain yang harus d...