Setelah menandatangani form penolakan tindakan defibrilasi dan resusitasi atas permintaan keluarga, Nico kembali mendekati telinga kiri Widarto seperti saat besuk siang tadi. Nico lalu mengusap dengan halus kening dan telinga Widarto, sambil membacakan kalimat syahadat "laa ilaha illallah" dengan lembut.
Saat adzan Maghrib tiba di ruang waktu Jakarta, Widarto nampak membuka kedua matanya. Nico segera membimbing ayahnya melaksanakan sholat Maghrib dengan perlahan. Anggota keluarga yang lain langsung melanjutkan doa mereka dalam hati, menghindari distorsi aural agar kekhusyukan sholat Widarto tak terganggu.
Jam besuk sudah berakhir sejak tadi, tapi keluarga, kerabat dan handai tolan masih terus bergantian menjenguk dan memanjatkan doa terbaik mereka untuk Widarto.
Zizi, cucu Widarto yang siang tadi belum bisa hadir, kini datang bersama Yani dan Anka.
Novi dan seluruh keluarga besarnya bergantian menjenguk Widarto sejak beberapa hari sebelumnya, begitu pula dengan keponakan-keponakan Widarto dari garis keluarga Jawa maupun keluarga Sumatera yang secara bergantian membesuk Widarto.
Petugas jaga ICU dengan pakaian dinas hitam sudah berkali-kali mendekati ruang E3, dan kali ini petugas itu berdiri persis di depan pintu mengingatkan waktu besuk yang sudah berakhir. Seorang perawat meminta pengertian darinya.
"Sudah kritis, sebentar lagi saya yang akan minta mereka keluar pak," ujar perawat itu.
Akhirnya istri, anak, dan seluruh cucu berpamitan kepada Widarto dengan cara serta kebiasaan masing-masing kepada suami, ayah, dan eyang mereka.
Waktu terkadang sangat sulit untuk dilalui, tapi berlalu begitu cepat ketika dilewati!
KAMU SEDANG MEMBACA
PERJUANGAN YANG BERBEDA
No FicciónSebuah catatan tentang jejak dan nilai perjuangan tanpa cela, dalam rangkaian kisah kehidupan seorang pejuang mengejar tiga kemerdekaan yang diimpikannya. Saat ini Anda sedang membaca Buku Kelima yang mengisahkan tentang perjuangan lain yang harus d...