Penantian Panjang

77 3 0
                                    

Selasa siang, 8 oktober 2019. Widarto menggigil hebat di sesi akhir hemodialisa. Ada kecurigaan telah terjadi infeksi pada akses vaskular yang saat itu masih ditempatkan di paha sebelah kanan. Kejadian ini bukan yang pertama, beberapa minggu sebelumnya Widarto mengalami hal serupa saat melakukan hemodialisa. Nico yang menemaninya saat itu sudah memperoleh informasi dari petugas hemodialisa, bahwa dikhawatirkan terjadi infeksi di akses vaskular Widarto. Kemudian infus Paracetamol menyelesaikan semua keluhan tadi secara singkat.

Nafsu makan Widarto yang menurun drastis beberapa hari terakhir dan edema di kedua lengannya juga menjadi salah satu pertimbangan dokter merekomendasikan rawat inap, setidaknya hingga jadwal hemodialisa berikutnya di hari Jum'at yang akan datang.

Hari itu seluruh kamar di bagian perawatan umum RSPAD Gatot Subroto sedang terisi penuh, sehingga Widarto terpaksa tetap dirawat sementara di ruang UGD.

Elia, istri Widarto dan Deddy, caregiver Widarto yang sudah sejak pagi mendampingi Widarto menjalani terapi hemodialisa, sama sekali belum sempat beristirahat. Padahal suhu udara Jakarta sedang tak ramah hari itu, bayangkan saja 33 derajat Celcius dengan kelembaban udara yang bergerak dalam rentang 80 hingga 95 persen.

Beberapa pemeriksaan pendahuluan dan pengambilan darah segera dilakukan oleh dokter UGD. Sore itu gula darah Widarto mencapai 500 mg/dL, tensinya pun rendah. Kondisinya mengkhawatirkan keluarga.

Nico yang menyusul kemudian segera menemani Widarto di tengah sesaknya UGD yang hari itu sedang menangani begitu banyak pasien gawat darurat, hingga banyak diantara mereka yang ditempatkan di area sirkulasi UGD. Tonny tiba sejam kemudian dan langsung memilih duduk di sebelah tempat tidur Widarto.

Usai sholat Maghrib di Masjid Assyifa RSPAD Gatot Subroto, Tonny dan Nico kembali ke UGD. Setibanya di sana, mereka melihat Yani istri Nico sedang berbincang dengan Widarto. Mereka kadang tertawa bersama membahas berbagai cerita lama perjuangan Widarto. Kepadatan ruang UGD nampak mulai berkurang selepas waktu sholat Isya.

Yanti datang setelah mengurus Rilo, putra pertamanya, keluar dari RS Gandaria setelah beberapa hari dirawat inap karena keluhan asam lambung. Ia langsung memanjakan sambil merayu ayahnya agar berusaha makan dengan porsi normal.

Tepat pukul 22:00 WIB baru diperoleh info ada kamar tersedia di bagian Perawatan Umum Darmawan. Mereka semua beriringan mengantarkan Widarto ke bagian Radiologi untuk melakukan rontgen thorax yang prosesnya tak lebih dari 30 menit. Setelah itu dua orang perawat, seorang wanita dan pria mendorong stretcher Widarto menyusuri koridor RSPAD Gatot Subroto menjelang tengah malam itu menuju kamar 302 Paviliun Darmawan.

Besok pagi Widarto dijadwalkan pemeriksaan lanjut ke Urolog untuk penggantian kateter, dan ke Bedah Vaskular untuk memindahkan akses vaskular eksternalnya. Ya, hanya memindahkan sementara, belum mengubah ke prosedur cimino menggunakan A-V shunt yang lebih permanen.

 Ya, hanya memindahkan sementara, belum mengubah ke prosedur cimino menggunakan A-V shunt yang lebih permanen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PERJUANGAN YANG BERBEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang