Manda dan suaminya, Indra, beberapa kali memutar ulang rekaman suara detak jantung janin mereka kepada Widarto.
"Suara jantung anakku," ujar Manda memberi penjelasan ke ayahnya.
Widarto tampak menganggukkan kepalanya.
Berbeda dengan Manda, Andar biasanya justru mendengarkan suara anak-anaknya kepada Widarto saat kesadaran ayahnya sedang menurun, tanpa respon. Suara Kala yang bercerita bahwa dia mendapat ranking di sekolah menjadi stimulus aural untuk meningkatkan kesadaran Widarto.
Yanti yang datang menyusul kemudian, membawakan roti dan kue untuk perawat hemodialisa yang sudah melayani Widarto sehingga mereka harus pulang terlambat. Pasien hemodialisa malam itu memang hanya tinggal Widarto seorang.
Pukul 20:30 WIB hemodialisa selesai. Seperti biasa, Widarto diberi infus albumin di satu jam terakhir proses hemodialisa. Tensi Widarto tercatat 142 per 121 mmHg, MAP 136 mmHg, dan denyut nadinya 171 kali per menit saat pengukuran terakhir sebelum dikembalikan ke ICU.
Nico dan Manda mengantar ayah mereka hingga ruang ICU, lalu berpamitan sebelum diminta keluar oleh perawat ICU yang sangat disiplin mentaati prosedur.
Keduanya keluar melalui pintu kaca depan, mensterilkan kedua telapak tangan dengan handsterilizer dari dispenser di meja keamanan, lalu bergabung dengan anggota keluarga yang lain di Kamar Tunggu Pati No.4.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERJUANGAN YANG BERBEDA
No FicciónSebuah catatan tentang jejak dan nilai perjuangan tanpa cela, dalam rangkaian kisah kehidupan seorang pejuang mengejar tiga kemerdekaan yang diimpikannya. Saat ini Anda sedang membaca Buku Kelima yang mengisahkan tentang perjuangan lain yang harus d...